Au dan Cintanya

Lisa Ariyanti
Chapter #8

Lagi dan lagi tidak di restui

Au kembali berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Matanya menatap hampa sebuah ruangan yang besar serba putih itu. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan dan juga hari yang sangat membuat perasaannya tidak enak.

Au langsung beranjak ke ranjangnya untuk merebahkan dirinya. Rasanya bukan hanya raga yang letih namun jiwa pun ikut merasakan sakitnya. Kini sudah bukan luka yang terlihat berdarah yang sakit. Namun, luka yang berada di dalam jiwa dan hati itu yang akan lebih menyakitkan. Meski bibir sudah mengatakan tidak apa-apa! Tapi hati ini akan tetap merasakannya dan juga pikiran ini akan terus ingat akan hal itu.

Sudah beberapa kali di hianati, tapi rasa percaya yang terlalu tinggi itu akan membuat semua pikiran maupun pendapat kita tentangnya akan hilang dengan sekejab. Sakit akan di hianati? Tentu saja sakit. Siapa orang yang terima jika dirinya di hianati? Tidak ada! Kalau memang ada apakah dia itu polos, pintar atau terlalu pintar? Sehingga mau menerima segala alasan untuk memaafkan dia yang sudah berhianat.

Au merupakan gadis polos yang masih sangat percaya akan cinta pertama. Menurutnya cinta pertama itu adalah cinta sejati. Cinta yang datang ketika sebuah rasa itu muncul kali pertama kita melihatnya. Namun, apakah itu cinta atau sebuah obsesi? Au hanya tau bahwa cinta pertamanya itu akan selalu berakhir bahagia dan tidak akan menghianatinya.

“Apa aku harus memaafkan Arka lagi untuk sebuah janjinya yang tidak di tepati lagi?” gumam Au.

Hari yang mulai malam membuat bintang bersinar dengan terang. Angin sepoi-sepoi itu menerpa rambut Au. Rasanya Au mengingat seseorang yang kemarin malam bertemu dengannya di sebuah bangku bawah lampu taman. Meskipun, belum pernah melihatnya Au merasa tenang dan tidak khawatir jika berbagi segala perasaannya kepada dirinya. Rasa nyaman akan hadir sosok cowok itu seakan membuat Au menemukan sosok seorang yang sudah lama tidak di temuinya.

“Bintang selalu bersinar terang dan menerangi mereka yang berada di bawahnya, baik mereka yang berada di dalam cahaya yang terang maupun di dalam ruangan yang gelap,” bisik Au.

Au masih saja memandangi bintang yang terus berkelip di langit malam yang indah. Meskipun Bulan tidak ikut hadir namun sinar Bintang sudah mampu membuat siapapun yang melihatnya merasa bahagia.

“Apa Arka itu seperti bulan?” tanya Au dalam hati “Bulan yang selalu ingkar janji dengan Bintang untuk datang dan membuat keindahan bersama? Apa seperti itu juga Arka yang ingkar janji sama aku untuk datang dan merayakan sebuah acara untuk merayakan hubungan kita?”

Au menghela napasnya. Rasanya hati dan pikirannya sedang tidak ingin untuk di ajak berkompromi. Hati ingin apa namun pikiran selalu berpikir yang bertentangan dengan hati. Au masih bingung dengan semua ini. Pikirannya yang selalu percaya akan cinta pertama dan sebuah kepercayaan harus bisa berkompromi dengan hati yang sedang mrasa ragu akan semua hal yang terjadi saat ini.

“Rasanya aku ingin segera mengetahui sebuah kebenaran yang mungkin aku belum ketahui. Kalau memang cinta pertama itu ada apakah selalu akan berakhir bahagia?” tanya Au pada dirinya sendiri.

Perasaan akan cinta pertama yang selama ini kuat kini sudah mulai perlahan luntur. Namun, rasanya belum siap untuk menerima dan melepasnya. Au memejamkan matanya sejenak di kursi teras kamarnya.

Hari-hari yang selalu di lalui Au berasa seperti membosankan. Untung saja ada sahabatnya Aa dan Oo yang selalu bisa menghiburnya ketika merasa sedih. Mereka berdua yang selalu membuat Au tertawa dan senang. Meski terkadang sifat keduanya yang sangat mengesalkan membuat otak harus berpikir keras untuk memahami apa perkataannya.

Sebuah notifikasi muncul di ponsel Au. Langsung saja di ambil dan di lihatnya ada sebuah pesan.

KCC 🦁🐱🐂

Oo

@Au tadi ada tugas fisika dan tujuan gue ingin meminta jawabannya kalau lo udah selesai ngerjainnya. Karena gue udah kasih tau lo kalau hari ini sudah ada tugas. Sekian terima kasih.

Aa

Kalau ga ikhlas untuk ngasih tau mendingan gausah ngasih tau!

Oo

Jahat banget kamu!

Aa

Lo yang jahat!

Oo

Masih mending gue ngasih tau!

Oo

Daripada lo ga ada inisiatif untuk mengasih kabar.

Au

Lihat selengkapnya