Lisa melangkah menuju kelasnya setelah melihat kakaknya menjauh dari area sekolah. Perasaannya begitu tenang dan juga hangat saat melihat sikap perhatian sang kakak. "Maafin, Lisa yang udah bohong sama kakak," gumamnya.
Lisa semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tas yang ia gendong. Senyumnya terbit dengan sangat tipis, namun begitu manis.
"Mau bareng?"
Lisa tersentak kala suara itu menusuk telinganya. Mendengar itu Lisa langsung menoleh ke arah sumber suara. "Gaffi?"
Gaffi tersenyum seraya membenahi kacamatanya. "Udah sembuh?"
Lisa mengangguk. "Udah."
"Kenapa bisa sakit?" Gaffi bertanya pada Lisa. Kala ekspresi wajahnya menunjukkan kemurungan dan juga kesedihan, Gaffi langsung tidak melanjutkan pertanyaannya. "Kalau nggak mau jawab nggak papa."
"Kelas yuk?"
Lisa mengangguk. Lalu keduanya berjalan beriringan bersama, "Kemarin gue demam karena pulang kemaleman."
Gaffi tidak menyangka jika Lisa akan menjawabnya. "Anak cewek nggak baik keluar malam sendirian."
"Kok lo tau gue keluar sendirian?"
Gaffi tersenyum, "Gue nggak bilang lo keluar sendirian. Tapi, lo sendiri yang ngasih tau." Gaffi langsung tertawa kecil melihat ekspresi Lisa.
Lisa malu mendengarnya. "Kenapa aku ngerasa tenang jika berada di dekat Gaffi? Kenapa aku selalu ingin berada di dekatnya?" Lisa bergumam dalam hatinya. Tiba-tiba saja rasa yang dulu pernah ada dalam hidupnya, kini datang kembali.
***
Oline dan Anza sudah heboh sendiri kala Oline dengan pedenya berteriak memanggil nama seorang cowok di lapangan basket tadi. Malunya sampai di ubun-ubun!
Anza masih kesal dengan tindakan Oline tadi. "Gue malu tau gak sih lo?!" Anza mencebikkan bibirnya. "Kita masih kelas 11 dan lo udah mau bikin ulah lagi sama tu kakel jamet!"
"Gue manggil kak Peta!" Oline dengan tidak mau di salahkan, masih tetap membela dirinya. "Orang Peta aja nggak pernah ngerasa terganggu sama gue kok. Kenapa juga tu para jamet cabe-cabean sirik?" Oline memutarkan bola matanya sinis. "Kalau iri bilang bos!"
"Besok lagi ogah gue nganterin lo ke kantin kalau belum jam istirahat!" Anza langsung mendudukkan pantatnya di kursi dan membuka bukunya.
Mengajak Oline mengelilingi sekolahan hanya akan membuat anza malu sendiri. Pasalnya gadis ini akan selalu bersikap tidak jelas. Terlebih jika bertemu dengan pasangan yang ia dambakan.
"Harusnya lo bangga punya sahabat kayak gue!" Oline ikut duduk di kursinya. "Beruntung banget lo temenan sama gue, karena nggak bakalan ada kakel yang nyepuin lo!"
Anza mengakui semua yang di katakan oleh Oline benar. Siapa yang akan melawan jika ada kakel melabrak atau mengerjai mereka? Oline lah jawabannya. Oline akan berada di garda terdepan untuk mereka yang membutuhkan, meski banyak yang tidak suka pada dirinya. Hanya Lisa dan Anza yang mau menjadi bagian dari kegiatan ospek sewaktu awal ia masuk ke SMA ini.
"Iya!" Anza langsung mengiyakan saja ucapan Oline agar cepat selesai.