Sepulang sekolah Lisa tidak langsung pulang, melainkan ada rencana ingin pergi ke toko bunga. Kebiasaannya tidak pernah berubah dan selalu ingin memiliki banyak bunga mawar tepatnya. "Sebenarnya siapa yang sering ngirimin bunga mawar ke aku sih?"
Sebelum melangkah keluar gerbang ia melihat kakaknya sudah menunggu dirinya di dekat warung biasanya sambil menikmati es cendol. Oline yang berdiri di dekat kakaknya terlihat tersenyum dengan bahagia dan tidak menyadari kedatangan Lisa.
"Lo harusnya bisa sadar kalau gue suka sama lo dari lama bang," curhat Oline pada Davyn. "Bentar lagi gue mau ulangan kenaikan kelas dan naik kelas 12. Masa iya gue nggak bisa dapetin cowok yang gue mau? Di gantungin itu nggak enak. Terlebih Peta udah mau kuliah dan otomatis jauh."
"Emangnya lo nggak bisa bujuk Abang gue yang gantengnya b aja itu?"
"Kelas 12 sekarang aja udah banyak libur. Mana gue suka heran, kenapa banyak siswa pindahan yang mendekati ujian? Harusnya mereka nggak pindah! Udah tau kalau ulangan soalnya mudah banget disini."
Oline terus saja mengoceh dan tidak peduli di dengarkan tidaknya oleh Davyn. Hingga tidak sadar ia berucap. "Gue kasihan banget sama bestie gue yang udah punya pacar. Masa iya, mau-mauan aja dia pacaran sama cowok brengsek! Udah ganteng nggak, suka selingkuh iya!" Jiwa gibah Oline sudah meronta-ronta. "Kalau bukan karena dia sahabat gue, udah gue mutilasi tuh tubuh cowok!"
"Nggak usah nyindir gue bisa?"
Deg
Jantung Oline ingin melompat dari tempatnya detik ini juga. Suara itu begitu familiar dan rasanya ada yang tidak beres. Kepalanya perlahan menoleh untuk melihat siapa yang sedang mengajaknya berbicara. "Lisa?" kata Oline seraya menampilkan cengiran. "Sejak kapan lo disini?"
"Sejak lo bilang kasihan sama gue," balasnya singkat. Lisa langsung tidak mood melihatnya. "Kenapa lo masih sibuk sama hubungan gue sih? Lo nggak tau apa yang terjadi. Makanya lo cari pacar sana, biar tau gimana rasanya."
Oline melotot mendengarnya. Memangnya cari pacar semudah apa? Bahkan, menggoreng telur saja tidak semudah yang dipikirkan bung! Jangankan menggoreng telur, merebus air saja susah.
"Belum ketemu yang pas," jawabnya singkat dan jujur. "Kalau gue udah punya pacar dan tau dia selingkuh bakalan gue putusinlah! Enak aja hati gue cuma buat parkiran sementara!"
"Gue bilang kayak gini bukan semata mau buat Lo terluka Lis. Tapi, tanpa lo sadari, hal ini yang nantinya bakal buat Lo lebih tersakiti. Tersakiti akan cinta yang selama ini lo junjung tinggi dan sulit untuk di resapi!"
"Tapi lo belum pernah ngerasain apa yang gue rasain Oo."
"Lo aja yang terlalu buta sama cinta yang selama ini nggak pernah lo dapetin. Harapan yang selama ini lo taruh sama dia cuma bisa bikin sakit hati. Berharap boleh, bego jangan."
"Bukanya lo juga lagi berharap ya?"
Skak.
Berasa di sambar petir di diang bolong. "Gue berharap karena gue tau dia baik. Sedangkan lo? Di selingkuhan juga nggak mau percaya sama omongan sahabat."