Au dan Cintanya

Lisa Ariyanti
Chapter #11

COKLAT

Perasaan yang kini dimiliki Lisa tidak dapat dibendung sedikit pun. Rasanya sangat ingin memeluk sang kakak. "Kakak pasti senang banget kalah papa akhirnya udah mau dukung dia."

Senyumnya berkali-kali lipat terus mengembang dengan sangat bahagia. Bagaimanapun juga ia sangat merindukan sosok keluarganya dulu. Dengan sedikit riasan Lisa terus memandangi dirinya di cermin. Seragam sekolah yang sudah melekat di tubuhnya menjadi daya tarik tersendiri bagi dirinya. Bandana berwarna biru itu menambah kesan elegan pada gambut bergelombang ya itu.

Bibirnya di olesi lipblam tipis dan jangan lupakan seragam rapi di tubuhnya saat ini.

"Pulang sekolah aku harus ngajak kakak ketemuan. Pasti kakak senang kalau papa sudah mulai mau menerima keputusannya."

***

Di sekolah suasana sudah sangat ramai. Banyak dari mereka yang melakukan kegiatan sebelum masuk sekolah. Bukan satu, dua, bahkan hampir semua yang belum masuk kelas adalah murid yang suka membuat ulah.

Saat menapakkan kakinya di koridor kelas, mata Lisa langsung melihat sahabatnya itu dengan napas yang begitu berat. Siapa lagi jika bukan sosok absurd Oline Melandrino. Gadis itu dengan tidak pedulinya malah sudah siap berangkat ke kantin untuk menghindari jam pelajaran fisika.

"AA NANTI IZININ GUE! BILANG AJA GUE KE UKS SAKIT HATI!" teriak gadis itu yang selalu saja menarik perhatian dari sekelilingnya. Lisa melihat itu dengan keadaan hati yang mulai berubah.

"Ada-ada aja tuh anak," gerutunya pelan sebelum akhirnya melanjutkan langkah kakinya.

"MONYET BALIK LO!"

"Biarin aja Aa. Lagi sakit hati dia," kekeh Lisa seraya menepuk pelan pindah Anza.

"Udah tau berharap sakit. Masih aja dilakuin sama tuh bocah. Jelas-jelas Atlas nggak mau sama dia, masih aja berharap diterima." Anza terus saja merutuki dirinya sendiri yang malah terus berharap tanpa kepastian.

Mendengar perkataan Anza, Lisa langsung berkata. "Dia sakit hatinya bukan sama kak Atlas, tapi sama kakak gue."

"Ha?" Anza menatapnya dengan cengo. Sebenarnya sedang berada di kehidupan manakah ia sekarang. Kenapa kehidupannya tidak bisa jauh dari yang nanya masalah. "Sumpah. Gue masih nggak paham. Setau gue monyet satu itu cuma suka sama kak Atlas."

"Gue juga baru tau kemarin," pukasnya. Lalu ia menepuk pelan pundak Anza dan berjalan masuk ke dalam kelas. "Jangan melamun terus. Nanti kak Ajil jadi nggak suka sama lo!"

"Ih! Gue nggak suka!" Anza mengikuti langkah Lisa memasuki kelas dengan bibir yang masih mencuat. "Jangan gitu dong."

Lihat selengkapnya