Sebuah cafe yang terletak di ujung jalan yang tidak terlalu ramai itu penuh dengan perkumpulan anak sekolah SMA utamanya SMA Angkasa. Sudah menjadi kebiasaan mereka akan singgah di tempat ini. Selain tempatnya yang tenang dan sejuk, disini merupakan tempat yang cantik serta makanan dan minuman yang tersedia juga enak.
Tak dipungkiri ini memang sebuah restoran yang mahal di kota ini. Sebuah tempat yang pemiliknya tidak diketahui siapa. Keempat pria dengan seragam sekolah itu masih sibuk menikmati makanan ringan yang barusan mereka pesan. Nampak banyak dan tidak hanya satu jenis, melainkan banyak jenis.
"Lo yang traktir kita-kita kan?"
"Yoi. Pesen aja semau kalian," ujar pria itu yang tidak lain adalah Arka. Cowok itu duduk diantara ketiga temannya dan memakan makanan itu dengan lahap.
"Hebat banget lo bisa naklukin Lisa. Dari banyaknya cowok yang naksir sama dia nggak ada yang berhasil luluhin hatinya."
Arka tersenyum bangga. Memang benar apa adanya jika banyak yang menyukai sosok Kalisa Auryne Maharani, seorang siswi cantik, pintar dan tentunya banyak prestasi lainnya. Namun, satu hal yang masih menjadi misteri bagi mereka semua adalah status sosialnya.
Terlihat sederhana dan diketahui menjual bunga di salah satu toko bunga di dekat jalan raya sana. Anehnya selalu barang bermerek dan branded yang ia pakai. Entah itu asli atau palsu mereka tidak terlalu paham, karena jiwa miskinnya meronta-ronta akan barang kw.
"Dua Minggu lagi gue bakalan putusin dia. Karena gue berhasil, taruhan kali ini lo semua harus nepatin janji buat beliin gue motor sport keluaran terbaru." Arka meraih gelas air minumnya dan menenggaknya dengan tersenyum lebar.
Mereka bertiga hanya bisa menghela napas berat. "Uang jajan gue habis buat taruhan sama lo Ka."
"Tau nih, lo double banget dapetnya. Udah sering dapet barang mewah dari Lisa, bahkan lo minjem uang juga nggak pernah lo balikin. Mana bentar lagi dapet motor baru."
"Lagian lo semua heran nggak sih?" Cowok berambut sedikit merah itu melirik ketiga temannya dengan penuh tanda tanya. "Lisa sering beliin lo barang mahal dan minjemin uang. Tapi, apa lo nggak mikir darimana uangnya? Secara kita nggak tau gimana status sosialnya."
"Gue nggak peduli, mau gimana pun juga gue bakalan putusin Lisa dalam waktu kurang dari dua Minggu."
"Gila lo! Dia udah banyak ngasih barang buat Lo tanpa Mandang harga. Malah lo dengan mudahnya mutusin dia. Nyesel lo!"
"Bilang aja lo nggak mau kalah taruhan!" cerca Arka.
Lalu mereka berempat tertawa bersama.
***
Dilain meja seseorang sudah duduk di kursi tidak jauh dari tempat mereka duduk. Tatapan itu seperti biasa, bahkan pakaiannya sangat casual dan elegan seperti nongkrong para anak muda lainnya.
Namun, mereka berempat belum menyadari hal tersebut. Arka dan ketiga temannya masih saja berceloteh ria tanpa memperdulikan sekitarnya. Bahkan, banyak gadis yang terang-terangan menebar pesona ke arah mereka.
"Cewek! Awas jangan senyum nanti yang lihat bisa diabetes!"
Pria yang menggunakan topi itu terus memperhatikan gerak-gerik mereka. Ponselnya langsung diambil dan menghubungi seseorang.
"Mau gue kirim buktinya sekarang atau gimana nih?" Tanyanya pada sosok di seberang telepon itu.
" .... "
"Gue langsung nyusulin kalian aja gimana? Nanti gue kasih tau apa aja yang berhasil gue dapetin?"
"Oke. Gue kesana sekarang," ucapnya untuk mengakhiri panggilan itu.