Audy 1993: Diary Anak SMP

Nadya Wijanarko
Chapter #8

Fisika

Aku sudah menduga materi pelajaran fisika yang dihebohkan teman-temanku itu. Kalau aku bilang, itu hanya pengulangan materi di SD. Hanya saja lebih spesifik, dan ada hitung-hitungannya. Ini adalah hal baru bagiku. Maksudku, aku tidak menyangka jika materi-materi yang dulu aku hafalkan setengah mati untuk ulangan dan EBTANAS ternyata bisa diberikan angka juga–lalu dihitung.

Dibanding matematika, aku pikir fisika lebih mudah. Matematika itu mengawang-awang. Aku, sih, tidak ada masalah dengan matematika. Nilaiku dulu bagus, kok. Bahkan sangat tinggi untuk ukuran SD. Makanya, dulu aku sempat ditunjuk untuk mengikuti lomba matematika mewakili sekolah. Sayangnya, aku tidak menang. Aku waktu itu hanya mentok di penyisihan kedua tingkat kecamatan. Bahkan, Nicky pun tidak lolos.

Aku agak heran juga, sih. Pernah suatu hari aku menanyakannya, dan alasannya adalah karena saat itu ia tidak bisa konsentrasi karena mendapatkan haid pertama dan lagi banyak-banyaknya. Katanya, darahnya sampai merembes ke rok dan ia tidak pede. Makanya ia buru-buru keluar dan tidak peduli dengan hasilnya.

Emm … jujur, aku tidak paham dengan alasan Nicky. Aku tidak tahu apa itu haid dan kenapa sampai mengeluarkan banyak darah. Tapi … ya sudahlah. Aku bahas nanti saja. Saat ini, aku mau bahas fisika dulu. Yah, seperti yang aku bilang tadi, matematika itu mengawang-awang. Sedangkan, fisika ada bendanya yang bisa dihitung. Makanya lebih mudah. Menurutku, sih.

Materi pertama yang aku pelajari pada pertemuan pertama mata pelajaran fisika adalah besaran dan satuan. Besaran itu adalah … mmm … bagaimana menjelaskannya, ya? Ya … intinya itu adalah segala sesuatu yang bisa diukur. Sedangkan, satuan adalah pembandingnya sebagai ukuran. Gampangnya begini, deh. Berat badanmu adalah besaran, karena bisa diukur. Sedangkan, kilogram adalah satuannya sebagai pembanding untuk mengukurnya.

Eh … maaf. Maksudku bukan berat, melainkan massa. Iya. Aku baru tahu kalau yang selama ini disebut sebagai “berat” sebenarnya adalah massa. Jadi, kalau “beratku” 40 kilogram, sebenarnya itu bukan berat, melainkan massa.

Adapun berat, itu adalah sebenarnya termasuk “besaran turunan”. Karena, rumus berat adalah massa dikali gravitasi dan satuannya adalah Newton, alias kilogram per meter per detik kuadrat….

Baiklah. Aku sederhanakan saja jadi begini:

W=m.g, satuannya adalah kg.m/s² yang ekuivalen dengan Newton, mari kita singkat saja dengan huruf “N”.

Adapun besaran turunan, yaitu besaran yang dimensi dan satuannya diturunkan dari dimensi dan satuan besaran pokok. Nah, begitu. Dan besaran pokok dari rumus berat itu sendiri adalah massa, yang satuannya kilogram, dan percepatan gravitasi, yang satuannya meter per detik kuadrat. Eh … jadi kalau begitu percepatan gravitasi alias “g” itu besaran turunan juga, dong?

Eh … sebentar! Kok, aku jadi bingung, ya? Pokoknya, yang namanya besaran turunan itu ada rumusnya. Kalau tidak ada rumusnya, berarti besaran pokok. Sudah! Aku simpulkan begitu saja!

Lihat selengkapnya