Aurat

Delly Purnama Sari
Chapter #15

Chapter 15. Patah Sekali Lagi

Kunjungan ke Makcik Ucu meninggalkan jejak memori yang kuat pada Zi. Meskipun ia tidak mempunyai hubungan darah, namun kini setiap tengah malam ia terbangun, bersujud, dan membisikkan doa-doa untuk kesembuhan wanita itu. Tidak ada yang tidak mungkin. Rahmat Allah mendahului takdir. Sekarang doa Zi untuk diberikan kesempatan berjodoh Joseph diikuti dengan doa untuk Makcik Ucu tersebut.

Dua bulan sudah Zi menjajaki pernikahan dengan Ibrahim. Selama itu Ibrahim sedikit demi sedikit menjadi akrab dengannya. Mereka tidak melakukan aktivitas seperti suami istri selayaknya, tapi Zi mulai merasa ada yang kurang jika tidak ada Ibrahim di dekatnya. Mereka sudah menjadi teman akrab. Ibrahim sering mengajak Zi mengantar Makcik Ucu terapi ke rumah sakit. Di beberapa kesempatan, Ibrahim juga mengajak Zi jalan-jalan ke beberapa tempat yang ia sebut ‘kencan’.

Pagi itu sebelum berangkat kerja, Ibrahim menanyakan sesuatu yang cukup serius pada Zi.

“Zi, kamu berpendidikan dan punya ilmu agama. Kenapa kamu nggak mengajar di madrasahnya Abi? Atau pekerjaan lain yang lebih bermanfaat daripada menata rambut?” Ekspresi wajah Ibrahim tampak serius.

Zi tersenyum hambar. “Penampilanku yang seperti ini nggak mendukung.”

Ibrahim mengangguk. “Kamu selalu bilang kamu yang seperti ini, seperti ini. Sebenarnya kamu sendiri sadar kan?”

“Aku nggak mau membahasnya,” tolak Zi.

“Oke. Siapa tahu kamu tertarik, kamu bisa bekerja di tempatku. Jadi sekretarisku. Terus kita bikin cerita novel CEO seksi dan sekretaris cantik. Pasti keren tuh,” ujar Ibrahim.

Zi tertawa seraya menepuk bahu Ibrahim. “Dari mana sih kamu tahu cerita begituan?”

“Tahu dong! Kamu pikir aku nggak update? Teman-temanku banyak yang suka baca novel tema seperti gitu di platform digital.”

Ibrahim suka membuat Zi tertawa. Biasa berujung dengan mereka membahas kekonyolan Zi sewaktu di kebun. Momen dikejar angsa itu yang paling menggelikan bagi keduanya.

Setelah berbicara sebentar dengan beberapa tukang untuk rencana renovasi rumah, Ibrahim pamit pergi dengan mobil yang baru ia beli. Zi membuka handphone-nya. Seluruh pekerjaan sudah dikerjakan oleh asisten rumah, jadi Zi hanya menghabiskan waktu menunggu Ibrahim pulang. Kadang ia pergi ke rumah Abi, membaca Alquran di kamar, atau merawat tanaman di balkon.

Zi tertegun ketika ada pesan WhatsApp dari Joseph. Ini merupakan pesan pertama dari Joseph setelah lama tidak merespons Zi. Segera saja ia buka pesan itu dengan hati berdebar. Isinya membuat tubuh Zi limbung seketika. Bukannya menanyakan kabar ataupun kata-kata manis, melainkan sesuatu yang tidak ingin Zi dengar.

Zi, hari ini aku akan menikah dengan Sybill. Maaf karena baru mengabarimu. Sama sepertimu, mungkin ini bukan pernikahan hati. Tapi aku akan melaksanakannya. Sybill wanita yang baik. Kami akan menikah di catatan sipil. God bless you.

Tangisan Zi tidak bisa ditahan lagi. Tubuhnya terjatuh lemah ke lantai. Lama ia meringkuk sambil mendengarkan sesegukannya sendiri. Hari ini, bukan besok, atau nanti. Hari ini juga Joseph akan menikahi wanita itu. Zi seperti gumpalan kapas yang melayang ke sana kemari diterpa angin badai, hancur terserak dan menyatu dalam rintik-rintik hujan.

Bayangan wajah tampan Joseph muncul di hadapan Zi. Tangan Zi berusaha meraihnya, tapi bayangan itu segera menghilang. Zi tersedu lagi. Dulu tangannya pernah diraih Joseph dan dipegang dengan erat. Kekasihnya itu menyelamatkan hidupnya sekaligus secara tidak langsung mendeklarasikan mereka terikat satu sama lain.

Zi tidak ingin kehilangan ikatan itu. Tidak ingin sedetik pun kehilangan masa lalu bersama Joseph. Hanya kenangan yang tersisa untuk mereka.

***

Adalah Khaula Benazir Khan, kakak perempuan ketiga Zi, gadis cantik rupawan. Dari semua anak Abi dan Umi ialah yang wajahnya paling mirip Abi. Hidung Khaula yang paling mancung, kulitnya putih bersih, dan tubuhnya tinggi semampai. Dia yang berwajah paling Pakistan di antara saudara dan saudarinya.

Khaula sehari-hari dipercaya Abi mengurus keuangan amal yang disalurkan ke berbagai yayasan. Setiap minggu ia rutin mendatangi panti asuhan untuk memberikan sumbangan.

Semua orang mengagumi Khaula. Ia anak yang penurut, muslimah yang taat, sopan kepada setiap orang termasuk para staff yayasan dan asisten rumah. Tidak pernah sekali pun membuat kesalahan fatal yang mempermalukan keluarga. Namun, tidak ada yang tahu rahasia Khaula selain Zi dan Joseph. Di balik wajah cantik, sikap tenang dan elegannya, anak Abi yang satu ini menyimpan lara di hatinya. Dan segala kesedihan itu akan hilang seketika begitu ia melihat cahaya di wajah seorang laki-laki bernama Fathan.

Kunjungan setiap minggu ke panti asuhan bukan hanya dinantikan Khaula, Zi dan Joseph juga akan bersorak gembira lalu minta ikut.

Fathan yang akan mengantarkan mereka menuju panti asuhan. Sehari-hari Fathan juga yang bertugas mengantar-jemput anak-anak penghafal Alquran ke yayasan milik Abi.

Kebersamaan itu telah membuat rasa cinta tumbuh di hati Khaula dan Fathan. Di sela pertemuan, Fathan akan memberikan hal-hal yang disukai Khaula. Pernah suatu kali Fathan membelikan kaset pita dan walkman kepada Khaula. Lagu-lagu itu didengarkan Khaula diam-diam di kamarnya. Terkadang Zi bermain di kamarnya dan keasyikan bernyanyi sampai nyaris ketahuan. Kalau saja Khaula tidak menyembunyikan walkman-nya dengan cepat, Umi pasti sudah menyita benda tersebut. Dan besar kemungkinan dia akan kena masalah lebih parah. Bukan hanya dia.

Chura liya hai tumne jo dil ko

(You have already stolen my heart)

Nazar nahin churaana sanam

(Do not steal glances)

Badalke meri tum zindagaani

(Having changed my life)

Kahin badal na jaana sanam

Lihat selengkapnya