"Rel, bangun! Udah mau setengah enam! Kamu kan kalo mandi lama! Cepet bangun, mandi!!” Ujar sang bunda. Mendengar itu, Aurel langsung terbangun dan melihat ke arah jam di meja sebelah ranjang nya.
Dan ia terkejut ketika melihat setelan alarm nya berubah “BANG ANGGA!!! GUE KUTUK LO YA!” Teriak Aurel, lalu ia segera berlari menuju kamar mandi.
Sandra—ibunda Aurel— yang berada di luar pintu langsung menggelengkan kepala nya, kemudian menengok ke arah Angga yang sedang tertawa.
“kamu tuh, iseng banget sama adek nya” ucap Sandra, “Hehe, maaf bun” ucap Angga masih dengan tawa nya.
•••••••
Devon melangkahkan kaki nya keluar kamar, ia menuruni tangga dengan malas. “Den Devon, makan sarapan dulu, bibi udah siapin” Terdengar ucapan itu dari arah ruang makan.
Devon yang tadinya sudah berada di ambang pintu garasi, langsung berbalik menuju ruang makan.
“Mama sama papa udah pergi, bi?” Tanya Devon sambil menaruh tas nya, ART Devon hanya mengangguk. Devon menghela nafas nya kasar.
“Bi, nanti pulang, Devon mau makan opor ya” ujar Devon sambil memakan roti nya. “Baik Den” jawab sang ART.
Devon meneguk segelas susu dingin yang sudah di siapkan, lalu ia mengambil tas nya yang tergeletak di lantai.
“Yaudah Bi, Devon berangkat ya. Assalamualaikum” Devon pun melangkah kan kaki nya menuju garasi rumah nya.
Ia mengeluarkan motor nya dari garasi, dan langsung mengendarai nya ke sekolah dengan kecepatan penuh.
•••••••
Aurel memakan sarapan nya dengan wajah cemberut, “udah deh, Aurel berangkat. Nanti telat!” Aurel menaruh roti nya yang sisa setengah, lalu ia mengambil tas nya dan langsung mencium tangan kedua orang tua nya.
“Aurel berangkat. Assalamualaikum!” Ucap Aurel sambil melangkah pergi, "inget! Kelas dua belas IPA dua! Jangan salah kelas lagi kamu!" Teriak Sandra, "Iya!" Jawab Aurel.
“WOI! LU KAGAK SALIM KE GUE?!” Teriak Angga. Aurel pun bersikap seolah tidak mendengar perkataan kakak nya. Ia langsung mengendarai mobil nya yang sudah di siapkan oleh supir nya.
Jarak rumah Aurel dan sekolah nya tidak terlalu jauh. Tapi jika jalanan sudah macet, maka itu akan memakan waktu yang lama. Dan Aurel sangat membenci keadaan itu.
••••••
Devon memarkirkan motor nya di parkiran sekolah, semua pasang mata menatap ke arah nya.
Devon melepaskan helm nya dan langsung melangkah pergi meninggalkan parkiran sekolah.
Beberapa menit setelah Devon tiba di sekolah, mobil Aurel pun memasuki pekarangan parkir mobil di sekolah nya.
Aurel beruntung hari ini tidak macet, jadi ia bisa tiba di sekolah, sebelum bel masuk berbunyi.
Aurel meninggalkan parkiran mobil, lalu ia melangkah tergesa gesa menuju kelas nya. Sembari ia mengecek isi tas nya, karena tak lihat jalan, Aurel tak sengaja menabrak orang di hadapan nya.
“Aduh.. Sorry” ucap Aurel sambil menengadahkan kepala nya. Dan ia terkejut ketika melihat Devon lah yang ia tabrak, “aduh.. Von, sorry gue gak sengaja. Gue tadi tuh lagi—” belum selesai perkataan nya.
Devon sudah pergi begitu saja, tidak peduli dengan penjelasan Aurel. Aurel pun mendengus, “itu manusia apa tembok sih?!” Gumam Aurel kesal.
Aurel pun meneruskan langkah nya menuju kelas. Saat berada di ambang pintu kelas, betapa terkejut nya Aurel melihat Devon ada di pojok kelas sedang bermain ponsel.
"Gila! Gue sekelas sama dia?! Aduh.. males banget si! Kenapa coba, kelas nya gak kayak kelas sebelas!" Aurel memasuki kelas nya dengan malas.
Ia duduk di bangku yang hanya berjarak tiga bangku dari Devon. "Hai.. Aurel cantik" baru saja Aurel duduk, salah seorang lelaki sudah menghampiri nya dan menggoda nya.
"Apaan si, Zak! Pergi lo sebelum gue ngamuk!" Ujar Aurel, "galak amat si neng" mendengar ucapan Zaki, Aurel langsung menatap tajam Zaki.