Siang ini adalah jadwal mata kuliah ku. Hampir setiap hari aku berangkat dengan berjalan kaki. Alasannya klasik, yaitu berhemat ala anak kost. Di daerah asal, aku tidak diizinkan berangkat naik angkot apalagi berjalan kaki. Begitulah jika menjadi anak emas.
Setibanya di kampus, langsung saja ku temui teman-teman ku yang berada di area parkir. Mereka Gea dan Yura. "Hai!" Sapaku. Seusai menanggapi, kami berjalan beriringan menuju kelas sembari bersenda gurau. Kami berada di jurusan yang sama, yaitu kedokteran. Dan beberapa bulan lagi kami akan menyandang gelar sarjana.
Ketika sedang berjalan, dari arah belakang seseorang menepuk bahuku dengan lembut juga menyapa, "Aurora!" Tanpa menengok pun aku tau siapa pelakunya. Seorang Sean Yudistira, mahasiswa yang tengah mengejar gelar S2 nya. Aku hafal betul suara dan wanginya.
Seperti biasa, Gea dan Yura nampak tegang jika Sean berada di sekitar kami. Aku membuang napas pelan. "Ada apa?" Jawabku singkat. Nampak raut muka Sean berubah kecewa. Namun ia kembali mengontrol mimik mukanya agar terlihat biasa. Entahlah, ia pandai dalam hal itu.
"Tidak apa-apa. Ini... untukmu, jangan lupa dimakan!" Sahutnya dengan menyerahkan sekotak bekal dan sedikit senyuman, kemudian berlalu begitu saja. Memang dilihat dari umurnya yang menginjak angka 28, dia terbilang matang dan mapan. Karena diusianya saat ini, Sean telah mengelola dan mengembangkan perusahaan milik keluarganya hingga sukses.
"Baiklah, bekal rutinnya sudah kan? Ayo ke kelas!" Ujar Gea menggoda. "Iya, jangan terlalu lama memikirkannya. Nanti rindu lhoh." Tambah Yura. Tanpa membalas sedikit pun, aku berjalan meninggalkan merek berdua yang sedang terkekeh-kekeh.