Pemandangan putih yang terhampar di depanku memang nampak sangat indah. Ranting pohon berwarna cokelat tua yang meranggas dengan tumpukan salju di atasnya, sedangkan es di bawahnya yang menutupi tanah mulai mengkristal, serta butiran halus yang mulai turun lagi dari langit. Indah, semua itu adalah apa yang selama ini kuimpikan. Tapi sayangnya, hal-hal itu tidak mampu mengusir hawa dingin yang membuatku sangat tersiksa.
Aku di sini, bersembunyi di balik bilik halte sambil menunggu trem jurusan tempat tinggalku. kepulan asap membayangi mata tiap kali aku menghela napas. Tanganku terasa kebas walaupun sudah memakai sarung tangan dan kujejalkan ke dalam saku jaket winter yang super tebal. Hah, tubuhku tidak cocok dengan cuaca seperti ini. Ini adalah keluhan pertamaku setelah pindah ke sini, Dusseldorf – Jerman.
“Hei, kau anak baru di kelas seni lukis, ya?”
Sebuah suara bass yang asing tiba-tiba saja mengajakku berbicara. Mataku menangkap sesosok jangkung dengan kulit seputih salju dan rambut lurus hitam berpotongan cepak. Celana jeans hitam model slim fit dipadu dengan sweater hoodie warna abu misty dan jaket kulit hitam. Perpaduan yang sangat kontras tapi menenangkan.
“Iya, kau ada di sana juga?” tanyaku dengan nada bergetar menahan dingin.
“Tidak, tapi aku melihatmu dari kaca pintu ketika kau berdiri di depan kelas.” Jawabnya.
“Ah, pasti terlihat sangat kacau.” Gumamku menahan malu karena teringat dengan kejadian tadi. Aku sangat gugup sampai meracau tidak jelas.