Aku langsung menuju ke Bar saat Alexa meninggalkanku untuk menemui ayahnya. Bar penuh dengan orang-orang berkumpul untuk minum-minum menghilangkan penat atas beban pekerjaan atau untuk saling menggoda. Aku yang sedang melayani beberapa minuman pelanggan dimeja barista dikejutkan oleh kedatangan Atel seorang diri menuju kursi yang kosong. Dia selalu terlihat kusut tapi sekarang terlihat lebih kusut lagi dikarenakan rambutnya yang terbiasa belah pinggir menjadi acak-acakan tidak disisir. Aku terdiam menunggu dia berbicara tetapi dia diam saja, dia memesan minuman biasanya yang berkadar alhokol rendah tetapi karena dia datang seorang diri aku memberikan minuman berkarbonasi saja padanya, akan buruk kalau-kalau dia kecelakaan dijalan nanti. Terlihat tatapan protes darinya tapi tidak lama dia menerima saja minuman yang kuberikan.
“Jangan tanya kemana Bastian, dia sedang berkencan sekarang.” Jawabnya setelah melihatku yang sekarang duduk dihadapannya.
“Ah jadi ini alasan kelusuhannya malam ini, sahabatnya sudah memiliki pacar” Pikirku.
“Dan aku tidak iri, okee.” Katanya lagi setelah membaca ekspresiku padanya dan aku tertawa.
“Ini bukan pertama kalinya dia berkencan dengan seseorang, nanti dua minggu lagi dia akan putus dan kembali bermain denganmu.” Kataku menghiburnya.
“Satu minggu, aku berani taruhan.” Kata Atel.
“Langsung?”
“Apanya?"
“Yang membuatmu seperti sekarang.”
“Ah. Gak papa.” Atel diam sejenak. “Hey, Sob. Apa aku harus mulai berdiet sekarang?”
“Untuk apa?” Tanyaku mengerutkan alisku pertanda bingung.
“Kamu tahulah sekarang cowok-cowok kurus kurang gizi kayak kamu dan Bastian itu sedang jadi tipe-tipe ideal perempuan.”
“Kenapa? Laki-laki gemuk kayak kamu lebih ekonomis bisa di pakai untuk segala keperluan.” Kataku mengejeknya.
“Aku serius Sob. Banyak mahasiswi kita kalau ditanya siapa cowok idaman mereka pasti jawabannya. Yang pendiam dan cool kaya kak Dhafin dong atau gak yang ceria dengan tampang playboynya seperti Kak Bastian.” Kata Atel mengikuti ekspresi adik-adik tingkat yang ditanyanya.
“Kalau dia menyukaimu. Dia akan menyukaimu apa adanya. Kenapa kamu malah membandingkan kami denganmu? Itu bagaikan langit dan bumi.”
“Wah. Kamu menasehatiku apa mengejekku?” Katanya sembari melihatku.
“Masih Nesya?” Kataku penasaran.
“Bukan, Rani semester tiga di gedung C.” Katanya santai.
Aku tersenyum menggeleng. “Cepat sekali cintamu berlalu, ya?” Kataku sembari menerima pesanan baru.
“Ya namanya juga cinta, Sob. Sekali ditolak ya cari lagi.”
“Bagaimana denganmu?” Katanya padaku yang hanya tertawa atas kata-katanya tadi.
“Apanya?”
“Alexa. Kamu tahu dia masih menyukaimu kan?”
“Aku pastikan kami hanya berteman sekarang.” Kataku memberikan pesana dan duduk kembali ditempatku. “Kacang?” Tanyaku padanya.
“Tidak ada sosis ya atau nasi gitu? Kacang cuma buat gigiku jigongan.” Tanyanya. “Sudah putus tapi jadi teman curhat. Kamu lumayan kejam, Sob."
“Nasi padang disebelah kalau kamu mau.” Kataku akan protesnya dan tidak menjawab pertanyaan terakhirnya kepadaku.
“Kamu sedang berkencan dengan perempuan lain ya?” Tanyanya yang sukses membuatku tersedak kacang yang sedang aku makan.
“Alexa memberitahumu?” Tanyaku sembari minum.
“Bukan.”