Autumn In Your Heart

Some Landry
Chapter #17

Hati Yang Merindu

Aku melihat semua peralatan dan perlengkapan melukis seseorang tercecer dihadapanku saat aku dan wanita berambut hitam dikuncit kuda bertabrakan. Aku jelas-jelas berada dijalan yang benar walaupun sedang terburu-buru atas keterlambatan menjemput kekasihku ditaman sebelah gedung ini, tapi tiba-tiba seorang wanita keluar dari gedung dengan berlari tanpa melihat-lihat seseorang disekitarnya.

Aku bergegas pergi meninggalkan dia yang sedang memungut kuas dan perlengkapan lainnya dan kembali langkahku tertahan atas panggilan wanita itu.

"Anda hanya akan pergi begitu saja?” Tanyanya dibelakangku.

Aku berbalik, “Lalu apa yang harus aku lakukan atas kecerobohanmu sendiri?” Kataku sebal.

“Anda bisa saja membantuku?” Katanya tidak mau kalah.

“Aku sibuk.” Kataku mulai menjauhinya.

“Aku jugaaaa.” Teriaknya membuatku berpaling kembali kehadapannya, kulihat tatapannya kepadaku tetapi tidak kuhiraukan. Aku menghela nafas panjang lalu meninggalkannya. Aku tidak mempunyai waktu meladeni bocah seperti itu.

Waktu menunjukan jam 17.15 dan hari mulai gelap, dalam hati aku berharap wanita itu tidak menungguku dan pergi pulang saja keruamahnya karena kedatanganku yang benar-benar terlambat hari ini. Tetapi tidak, aku melihat punggung seorang gadis dengan rambut terikat setengah dengan pita berwarna merah jambu yang sedang mencoret-coret kertas dimeja. Dihadapannya aku melihat seseorang pria bertubuh tinggi berkulit kecoklatan dengan rambut berwarna merah bata sedang melihatnya dan mengajak wanita ini mengobrol. Bastian, sedang apa anak itu disini pada jam segini, dia bahkan tidak pernah datang kekampus tetapi sekarang ada disini dijam seperti ini dengan gadisnya, mereka bahkan saling tertawa dan mengobrol satu sama lain.

“Jadi ini alasan dia selalu sabar menungguku.” Gumamku menuju kemeja mereka.

“Apa yang kalian obrolkan? Seru sekali.” Kataku membuat mereka berpaling kehadapanku. Aku menuju ketempat duduk Nesya untuk melihat gambarannya dan Bastian? aku tidak tahu, aku malas melihatnya ataupun ekspresinya.

“Jadi yang sedari tadi ditunggu itu kamu toh?” Kata Bastian tersenyum mengejek.

“Begitulah, Apa kamu berharap orang lain?”

“Enggak juga, Cuma sedikit kaget aja aku kira si ubur-ubur Bram. Alexa mana?”

“Entahlah dia kemana.” Kataku seadanya.

“Okee, baikla Dek Nesya, karena mamasmu yang ini sudah hadir, mamasmu yang tampan ini izin untuk pergi terlebih dahulu.” Kata Bastian sembari menyentuh kepala Nesya yang kutanggapi dengan alis berkerut keheranan.

“Apa sih yang dilakukan anak ini.” Batinku melihatnya dan dibalas tatapan menggelikan dari Bastian.

“Jangan lupa malam ini kami akan menjengukmu bekerja.” Katanya yang sudah menenteng tasnya dan pergi tanpa aku balas kata-katanya.

Nesya melihatku yang duduk disebelahnya sembari tersenyum.

“Tiba-tiba aku tidak menyukainya.” Kataku.

“Kenapa?” Kata Nesya yang membereskan peralatannya.

“Entahlah. Hanya tidak suka saja. Jangan dekat-dekat dengannya.”

“Kenapa?” Tanya Nesya kembali dan aku menatapnya heran, dia sungguh tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?

“Dia orang yang paling diinginkan dikampus setelah aku, kamu benar-benar tidak tahu maksudnya mendekatimu?” Kataku kepadanya.

Aku juga mulai kesal atas respon Nesya, aku tidak tahu sedari tadi aku sudah kesal dikarenakan anak kurang ajar yang menabrakkan dirinya denganku dan sewaktu aku melihat Nesya dan Bastian aku malah tambah kesal. Hatiku tidak tenang dan tidak biasanya aku begini.

“Jangan bilang kakak sedang cemburu?” Nesya menatapku.

“Ya sepertinya aku sedang cemburu. Kamu tidak suka?” Kataku menatapnya.

Dia meletakan kedua tangannya diwajahku dan mengecup bibirku.

“Aku menyukainya.” Katanya sambil tersenyum.

“Tapi aku tidak menyukainya.” Kataku.

“Aku tidak akan lagi melakukan hal itu kalau memang kakak tidak menyukainya.” Kata Nesya yang melepaskan tangannya dan pandangan kami saling bertemu.

Aku memandangi wajahnya yang cantik itu. Selalu dan selalu seperti ini. Nesya selalu saja dapat meredam segala kemarahanku atau keegoisanku kepadanya dan aku menyukai sisinya yang seperti itu.

“Aku benci saat kamu melihat orang lain seperti itu.”

Lihat selengkapnya