Autumn In Your Heart

Some Landry
Chapter #19

Pembicaraan Antar Pria

Waktu menunjukan jam 01.00 pagi dan angin berhembus sangat kencang. Ketiga temanku yang sejak awal kusuruh pulang saja tetap tidak mau pergi meninggalkanku dan ikut serta menemaniku menembus dinginnya jalan malam kebelakang lapangan gedung Shining Bar yang hanya berjarak 15 menit. Jalanan mulai sepi dengan hanya sekitar dua sampai tiga pejalan kaki yang kami jumpai dan kedua teman lamaku mengomeli bagaimana hebatnya dan gilanya caraku memberitahu Bram tadi yang nyaris membuat jantung mereka copot seketika. 

“Aku berpikir kita akan mengobrol sebentar dan setelah suasana nyaman, kamu akan langung memberitahunya secara baik-baik. Bukan dia datang langsung kamu teriaki dia seperti itu. Aku hampir pingsan tadi.” Atel mengoceh yang dianggap setuju oleh Alexa.

Aku tidak ambil pusing dengan ocehan Atel dan Alexa, malam itu benar-benar dingin bahkan jaketku pun tidak mempan menghalau angin yang melewati kami, aku melihat sekeliling dan melihat sepasang pasangan yang sedang mengobrol menikmati kopi panas mereka disebuah taman sepi yang ditanggapi oleh Atel dan Alexa sebagai tindakan yang mencurigakan yang patut dipertanyakan tentang kencan pasangan itu dijam seperti sekarang ini.

“Kalian pikir, apa yang sedang kita lakukan sekarang, bodoh.” Bastian membela.

Benar, daripada pasangan itu, kami berempat yang berjalan bersama dibawah dinginnya malam ini malah terlihat lebih janggal. Alexa dengan tampang seperti preman wanita yang mengomel, Atel yang selalu saja terkejut akan bunyi dedaunan yang bergoyang dan Bastian yang memilki badan sixpack walaupun kurus seperti akan melabrak atau mencuri sebuah rumah disekitarnya. Aku tidak keberatan akan kehadiran mereka, yang aku keberatan adalah mereka yang lebih gugup daripada aku yang mengajukan perduelan. Kita semua tahu Bram sangat pintar dalam segi memakai otot dan mereka akan waspada untuk hal yang tidak diinginkan kata mereka.

Lapangan basket mulai terlihat didepan mata dan sebuah mobil sedan berwarna merah terparkir disana, Atel yang sedari tadi gugup tambah menjadi gugup saat melihat Bram sedang merokok di pinggiran lapangan tersebut. Atel membuat keributan dengan keinginannya buang air kecil saat melihat Bram yang seperti tampang penjagal dan mau tidak mau Bastian yang mengantarkannya dikarenakan aku sudah tidak punya waktu lagi untuk hari ini. Jujur, aku lelah dan ingin istirahat.

Aku memasuki jeruji yang membatasi lapangan basket, Bram menginjak sisa rokoknya dan memberhentikan Alexa yang hendak masuk bersama menemaniku.

“Keluar atau tidak ada pembicaraan sama sekali, Lex.” Kata Bram tanpa melihat Alexa dan fokus kepadaku yang sudah berhadapan dihadapannya dan Alexa pun keluar.

Butuh waktu lama untuk aku dan dia berhadapan memikirkan apa yang harus kami lakukan saat itu, aku tahu sedikit emosi yang kurasakan di Bar tadi sudah menghilang tetapi aku masih bisa merasakan kemarahan dari tatapannya.

“Bolanya?” Aku bertanya kepadanya dan dia mengoperkannya kepadaku.

“Sejak kapan kamu menggodanya?” Tanyanya padaku yang sedang mendrible bola.

“Aku tidak menggodanya. Aku bahkan tidak pernah menanyakan nomer handphonenya.”

“Oh ya. Bagaimana bisa kalian menjadi sedekat itu kalau tidak tahu no handphone satu sama lain. Brengsek, berhenti berbohong padaku.” Dia berusaha mengambil bolaku dengan kasar.

“Berkatmu tentu, jangan lupa kamu selalu menitipkan dia kepadaku.” Aku memperkuat pertahananku saat dia gencar melakukan penyerangan dibelakangku.

“Aku mempercayai dia kepadamu karena kamu sahabatku, sialan.” Dia sengaja mendorongku untuk mencetak point dan aku terjatuh dalam dinginnya lantai.

“Seharusnya kamu tahu bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang sering bersama akan saling menumbuhkan rasa, bajingan.” Aku membalas kata-katanya.

“Dia menguntip kata-kataku.” Kata Atel yang tiba-tiba sudah berada disebelah Alexa dan diikuti Bastian.

“Jangan lemah, Daf.” Katanya kepadaku yang mulai berdiri dan berusaha merebut bola yang ada ditangannya.

“Aku tidak lemah Bram. Aku hanya tidak mau diriku terluka agar dia tidak menangis nantinya.”

Lihat selengkapnya