Tidak mungkin aku melupakan hari dimana aku bertemu dengannya. Dibulan Desember 2015, disalah satu Villa di Bali yang terkenal dengan keindahan hotel pantainya, aku melihatnya. Dia yang berbalut dress putih selutut, rambut indahnya yang bergelombang tergerai dalam sapuan angin matahari sore, dan dibibir pantai itu dalam balutan putih berkibar aku dapat melihat kulit putih pucat yang indah bagaikan sebuah lukisan.
Tidak bisa kukatakan betapa terkesannya aku dengan kehadirannya. Bila kita selalu mengansumsikan bahwa bidadari adalah makhluk tercantik dimuka bumi ini maka itu salah. Karena dia hanyalah seorang manusia biasa.
Entah bagaimana ditiga tahun pertemananku dengan salah satu kakaknya tiba-tiba menjadi sesuatu yang tidak sia-sia didalam hidupku. Walaupun dia tepat berdiri dihadapanku dengan seseorang wanita menggandeng tanganku, percayalah aku hanya sedang berpura-pura mengacuhkan kehadiranmu. Memang apa yang bisa ku lakukan saat itu? Menyentuh tangannya? Memperkenalkan langsung diriku? Aku tidak segila itu.
Sebenarnya aku bukanlah orang yang bisa mengekspresikan perasaanku dengan baik, bahkan disatu tahun aku menjalin hubungan dengan Alexa pun dia masih bertanya-tanya apakah aku menyukainya, benar-benar menyukainya atau karena dia yang menembakku duluan sehingga aku tidak bisa menolaknya dan hanya mengusir kesepian dalam diriku saja. Dia benar-benar satu-satunya orang yang tidak tahu aturan dihidupku. Selalu ingin tahu bagaimana perasaanku padanya tetapi tidak berani mengambil keputusan saat tahu kebenarannya.