"Cukup Mika, apa yang kamu mau sekarang?"
Sekitar lima menit yang lalu Mika mengajak Sean pergi dari kelas. Tentu saja itu membuat Sean kesal. Perebutan tempat duduk akhirnya dimenangkan oleh orang itu dan ini semua gara-gara Mika.
Perlahan Mika mulai menjelaskan mengenai orang yang ia panggil Kaminari. Kaminari Ran, dia adalah seorang pengguna edge yang langka. Meski usia nya sama dengan Sean dan Mika yaitu 18 tahun tapi edge yang Ia miliki seolah berada di tingkat orang dewasa.
Edge milik Ran adalah Electro Black itu adalah penggabungan antara listrik dan lubang hitam. Akan sangat mengerikan jika Ran benar-benar memunculkan seluruh edge miliknya. Pernah terjadi pada tahun lalu, sebuah lubang hitam yang dikelilingi listrik berhasil menyedot segerombolan monster tingkat A dalam satu kali pelepasan edge.
Ya, Sean tahu kejadian itu tapi Sean tidak tahu kalau Electro Black itu berasal dari anak seusianya. Itu sangat mengerikan, bagaimana bisa Ran mendapatkan edge yang bisa saja memporak-porandakan seluruh kota.
Cerita Mika tentang Ran membuat dirinya sedikit berjaga-jaga. Setelah dipikir-pikir sekarang Ia tidak mau berurusan dengan Ran, tentu saja, tujuan nya datang ke Ghomas adalah untuk mencari edge miliknya bukan untuk mencari lawan.
***
Waktu jam pertama selesai. Setelah guru pertama keluar, guru kedua masuk dengan wajah yang cerah. Satu jentikkan jari yang dibuat guru itu membuat semua murid berfokus padanya.
"Yaho, selamat pagi murid-murid Ghomas!" seru guru itu.
Layla Crowen merupakan guru wanita yang mengajarkan pelajaran sihir pemula. Mungkin bagi orang yang sudah bisa mengontrol edge mereka, ini akan sangat membosankan tapi untuk orang-orang yang belum bisa atau bahkan tidak memiliki edge akan sedikit menguntungkan.
"Selamat pagi, Nyonya Crowen," ucap mereka serempak.
"Nah, untuk permulaan bagaimana jika kita mengecek edge kalian masing-masing? Saya penasaran murid baru Ghomas memiliki edge apa saja," ucap Layla penuh semangat.
Suasana menjadi riuh seketika, sungguh sangat mengejutkan karena Layla langsung mengecek edge mereka tanpa ada materi mengenai cara penggunaan atau bahkan cara mengeluarkan edge. Sean sudah mengumpat dalam hatinya. Apa hanya Ia yang tidak memiliki edge di kelas ini? Dan kenapa Layla harus mengecek edge mereka satu persatu di depan banyak orang?
"Sebelum itu, apa di sini ada yang belum memiliki edge?" tanya Layla.
Jleb
Itu terdengar seperti panggilan untuk Sean. Tangan kanannya terangkat membuat semua mata tertuju padanya. Ini menyebalkan, pikir Sean.
"Ne, ne, Achan, jangan malu-malu," bisik Mika yang tepat di depannya.
"Aku tidak malu berbalik ke depan!" seru Sean sambil menendang kursi Mika.
Layla mengangguk. "Baiklah mari kita lakukan pengecekan edge di lapangan dan untukmu eum siapa namamu nak?"
"Sean, Sean Aelyson."
"Aelys- ahh begitu, untuk Sean Aelyson kamu akan melakukan pengecekan setelah orang-orang yang memiliki edge," ucap Layla.