Seminggu setelah kejadian itu ketakutan akan edge nya semakin besar. Sean bahkan belum pernah mengeluarkan kekuatan nya lagi.
Kamar nya sekarang selalu terasa sepi karena Alam dan Asahi mengikuti pelatihan sihir dan olahraga. Jangan tanyakan pada Sean kenapa Ia tidak ikut itu semua, jawabannya sudah jelas karena Sean tidak mau mengeluarkan sihir nya untuk sementara dan Ia juga tidak menyukai olahraga apapun bentuknya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang cukup kencang berhasil menyadarkannya kembali kedunia nyata. Meski berat untuk bangun dan membuka pintu, Sean tetap melakukannya. Sean juga yakin kalau orang yang mengetuk pintu itu adalah Mika.
Pintu itu perlahan terbuka, Sean tersenyum dengan wajah kesal sementara orang di balik pintu itu tersenyum riang. Orang itu adalah Mika. Baiklah, Sean memang sudah terbiasa dengan Mika yang selalu datang ke asramanya akhir-akhir ini tapi Sean tidak menyangka kalau kali ini Mika datang sembari membawa bunga mawar merah satu buket.
Pertanyaannya, untuk apa Mika membawa bunga mawar merah ke kamarnya?!
"Achan, selamat ulang tahun," ucap Mika sambil memberikan bunga itu pada Sean.
Wajah Sean terlihat sangat kesal sekarang, rasanya Ia benar-benar ingin menendang wajah riang Mika dalam satu kali tendangan mautnya. Sean tidak berulang tahun sekarang! Mika jadi sedikit lebih gila dari biasanya.
Ia mendorong bunga itu menjauh dari dirinya dan menutup pintu kamarnya. Namun, Mika menahannya agar pintu itu tidak tertutup rapat. Wajah riang Mika itu berubah menjadi wajah memelas.
Menyebalkan, pikir Sean. Mika benar-benar membuatnya semakin stress.
"Ish kamu 'tak bisa diam satu hari saja, Mika?!" tanya Sean yang masih berusaha menutup pintu itu.
"Aaaa Achan biarkan aku masuk dulu, kamu pasti butuh seseorang untuk mengobrol kan. Ayolah," pinta Mika.
"Gak aku gak butuh."
"Eum setidaknya kamu menerima bunga mawar merah ini, Achan."
"Gak mau."
"Achan~"
"Nggak Mika!"
"Ayolah Achan. Nanti akan kuberi jawaban pelajaran olahraga deh!"
Gubrak
Mika terjatuh saat Sean membuka pintu kamar itu lebar-lebar. Mika tertawa puas, Ia tahu jelas kalau temannya itu tidak menyukai pelajaran olahraga karena nilai nya yang selalu dibawah rata-rata.
Meskipun tatapan tajam terus diberikan oleh Sean, anak berambut merah itu tidak peduli. Ia memilih duduk di tempat tidur Sean menunggu Sean membuka suaranya. Mika menyukainya, disaat Sean memarahi atau bahkan kesal padanya Mika selalu senang karena melihat wajah Sean yang kesal padanya itu adalah suatu kewajiban.
Tapi sungguh, kedatangan Mika ke sini memang benar-benar ingin berbicara dengan Sean karena sejak hari itu entah kenapa Sean banyak melamun. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat Sean yang ikut duduk di sebelahnya.