Hallo Zeniers
Selamat Membaca Seng 💋
-
Udara dingin yang menusuk kulit terasa sangat menyakitkan. Meski pun jam baru menunjukkan pukul tujuh malam tapi udara akhir-akhir ini sangat dingin. Sean bisa saja memakai tiga lapis pakaian jika udara terus mendingin.
Ghofindas Magic School, sekolah sihir yang merupakan impian bagi semua manusia. Banyak orang-orang terkenal dan berbakat lahir di Ghomas. Meski edge sudah sangat jarang digunakan tapi siapa juga yang tidak mau menjadi legend? Semua orang berebut menjadi yang pertama.
"Sean."
Seseorang memanggil namanya, dia orang yang sedang Sean tunggu sejak tadi. Sean membutuhkan penjelasan dari anak itu perihal hal yang terjadi tadi pagi. Itu adalah Ran dengan baju hitam polos yang terlihat tipis. Sean berpikir apakah Ran tidak kedinginan? Atau dia kebal dingin?
Ran kemudian duduk di sebelah Sean. Sebenarnya Sean hanya penasaran, kenapa saat itu Ran mencarinya dengan menjual nama Mika? Dan Sean juga ingin sedikit bertanya mengenai sesuatu.
"Tadi pagi, kamu bohong soal Mika yang menyuruhmu mencariku." Iris matanya menatap tajam laki-laki di sampingnya. "Jadi sebenarnya ada apa?" tanya Sean.
"Iya aku berbohong. Kebetulan aku lewat ke sana dan melihat kamu yang ditertawakan oleh mereka, aku hanya mencoba untuk membantu."
"Sungguh? Aku kira kamu orang yang 'tak kenal tolong menolong."
"Yah banyak orang yang selalu berspekulasi seperti itu. Ngomong-ngomong kamu masih payah dalam menggunakan edge mu."
Ucapan terakhir Ran membuat dirinya ingin mengutuk Ran sejarang juga. Ia juga tahu soal itu, tidak perlu diperjelas lagi. Sean tidak menjawab dan terjadi keheningan sampai beberapa menit kemudian Ran membuka suaranya.
Ia berkata bahwa kejadian beberapa hari yang lalu bukan karena edge Sean tidak terkontrol tapi karena alasan lain. Sean menatap Ran tidak percaya, tapi kata-kata yang dikeluarkan Ran tidak pernah salah.
"Edge mu melindungimu."
"Apa?"
"Es yang mengelilingi tubuhmu itu karena edge mu merasa kalau Tuannya sedang dalam bahaya besar. Kamu bisa saja mati saat itu karena terlalu banyak menghirup racun yang Raka keluarkan," jelas Ran.
"Jadi maksudmu edge ku punya pikiran sendiri? Kamu gila, Ran?"
"Astaga, aku sepeti berbicara dengan orang goa. Sean dengarkan aku, setelah aku membaca buku Avada Kedavra itu aku mendapat sebuah kesimpulan kalau tiga edge langka memang benar-benar bisa berpikir sendiri. Contohnya sudah terjadi padamu."
Kening Sean mengerut mendengar apa yang anak laki-laki itu katakan. Edge memiliki pikiran sendiri? Itu hal aneh yang pertama kali Ia dengar. Kepalanya mengangguk-angguk, Sean tidak percaya sepenuhnya dengan apa yang Ran katakan. Ran mendelikkan matanya kesal karena eskpresi Sean.
Udara yang semakin hari semakin dingin itu membuat Sean kesulitan. Seperti sekarang, udara yang tadi sudah cukup dingin menjadi semakin dingin. Ia berusaha menutupi tangannya dengan jaket yang Ia pakai. Meskipun, itu hanya bekerja sedikit.
Tatapan Sean beralih pada Ran yang seolah tidak merasakan hawa dingin ini. Sean mulai membuka suara kembali bertanya pada Ran apakah Ia tidak kedinginan dengan baju tipis seperti itu. Namun, pertanyaan dari Sean membuat Ran mengerutkan keningnya.
Dia menjawab, "Ini gak dingin."
Sebuah kalimat yang terlontar dari mulutnya membuat Sean ikut bingung. Tidak mungkin jika hawa dingin ini tidak terasa. Ini seperti berada di dalam kulkas!