Avalonia Castle

Mizan Publishing
Chapter #2

Sophia

“Sophia, kamu di mana? Oke, aku menyerah! Aku mau baca buku!” teriak Alice nyaring sambil mengempaskan diri ke sofa ruang tamu. Dia menggerutu karena kesal.

Tiba-tiba, pintu depan terbuka. Sophia berdiri di luar dengan kaki penuh lumpur. Anehnya lagi, dia tidak pakai alas kaki.

“Tolong ambilkan keset, Alice. Lihat! Kakiku kotor sekali,” kata Sophia sambil melihat kakinya sendiri. Hhh, pasti dia harus menggosok kukunya lagi, deh, biar bersih.

“Hah! Kamu baru dari mana? Kan, kita sedang main petak umpet!” Alice kaget melihat Sophia.

“Aku bersembunyi di belakang pintu. Lalu ....”

“Belakang pintu? Itu tempat persembunyian yang gampang dicari, Sophia.” Alice mengkritik.

“Hhh, ngomong denganmu membuatku pusing. Cepat ambilkan aku keset!”

“Eiiit, ceritakan dulu kenapa kamu bisa muncul di depan pintu, nanti aku ambilkan.”

“Oke, oke. Aku ingat harus mengambil buku Fisika-ku di rumah Cloudya. Soalnya, sebentar lagi, kan, mau ulangan harian Fisika. Tiba-tiba saja, aku sudah di depan rumahnya.”

“Ckckck ... kamu mulai bercanda lagi, ya? Aku heran sekali kenapa kamu selalu mengucapkan kata tiba-tiba. Enggak lucu lagi, tahu!” sembur Alice.

“Ih, tega amat, sih, nuduh! Aku bener, kok.”

Sophia sedang berbohong. Mana mungkin, dia berpindah tempat secepat itu.

Alice segera mengambil keset dan menyodorkannya kepada Sophia. Dia memang sering mendengar gurauan Sophia berpindah tempat. Aneh juga kakaknya itu. Alice heran, bagaimana mungkin Sophia yang awalnya bemain di dalam rumah, kemudian muncul seketika di depan pintu? Wah, jangan-jangan kakaknya itu punya kekuatan gaib, ya? Hihihi ....

Sophia memang anak aneh. Sejak kecil, dia anak yang kalem, cerdas, tidak banyak bicara, selalu duduk manis di kursi, dan cara berjalannya anggun. Kamu tentu heran melihat anak berumur satu tahun berjalan tegap, duduk diam di kursi mungil dengan tegak mendengar pembicaraan orangtuanya, menangis dengan cara duduk baik-baik, menundukkan kepala dan menghapus air matanya dengan sapu tangan.

Tapi berkat “keanehan” Sophia, ibunya, Mrs. Violet, tidak merasa repot mengurus Sophia. Dia bisa tetap bekerja di kantornya sebagai asisten direktur perusahaan obat flu anak.

Sebenarnya, saat suaminya meninggal, Mrs. Violet belum melahirkan. Pada 27 Mei, seorang bayi mungil nan cantik tiba-tiba muncul di kasurnya pada malam hari. Bayi itu sedang tertidur lelap. Walaupun heran melihat bayi yang tak diketahui siapa ibunya tersebut muncul di ranjangnya, Mrs.Violet mengangkat bayi itu menjadi anak dan memberinya nama Sophia.

Lihat selengkapnya