Suara mengerikan itu membuat Aleandra dan Randy berlari keluar dari tempat yang mereka jadikan penginapan. Seluruh tubuh mereka diguyur derasnya hujan. Aleandra berusaha menenangkan dirinya, sementara temannya, Randy, menarik tangan Aleandra yang tampak hanya berdiri tanpa berbuat apa-apa.
"Hey." Randy memegang pipi sebelah kanan Aleandra agar Aleandra tidak kehilangan kesadarannya.
Aleandra menatap Randy.
"Malam ini, kita akan meninggalkan tempat ini dan mencari sebuah bangunan yang lebih aman. Aku rasa di balik pintu sana ada sesuatu yang mengerikan dan pintu itu tidak akan mampu menahan pukulan keras dari frrrff.." Randy sejenak terdiam dan melepaskan sentuhan tanganya di pipi Aleandra.
"Haah entahla, pokoknya kita harus pergi," ucap Randy dengan cemas.
"Jika malam ini adalah sebuah ajal maka aku sudah siap," ucap Aleandra.
Seketika, Randy memegang kedua lengan Aleandra dan berkata dengan suara yang keras.
"Apa? Dengarkan aku, itu mungkin terdengar benar," ucap Randy sambil menundukkan kepalanya.
Randy mengangkat wajahnya dan memandang Aleandra.
"Tapi itu bukan sebuah alasan! Jika kamu membiarkan dirimu seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa, itu bodoh... bodoh... bodoh... Ini tidak terlihat seperti dirimu yang aku kenal. Bukan cuman kamu yang akan merasakan itu nanti," ucap Randy dengan suara keras.
Sebuah pandangan tertuju pada mereka berdua saat masih hujan dari suatu tempat. Aleandra terliat terisak-isak bersedih sementara Randy meliatnya.
"Hiks... Hiks... Huuufkh... Huufkhh kamu... kamu yang bodoh!" Ucap Aleandra dengan nada tinggi.
Randy seketika menampar wajah Aleandra melalui emosi yang tidak terkendalikan.
"Haakhh... Haaakh... hoo'kh ok, sikap kamu sudah keterlaluan, urusan mati itu urusan aku!" ucap Aleandra dengan nada suara tinggi.
Randy memperhatikan telapak tangannya seolah-olah dia telah membuat kesalahan besar dan ingin meminta maaf kepada Aleandra.
"Aleandra, maafkan aku," ucap Randy.
Randy mencoba meraih tangan Aleandra, namun Aleandra menolak untuk digenggam. Saat itu, Aleandra berlari, meninggalkan Randy berdiri sendirian.
"Aleandra!!" ucap Randy memanggil dengan nada suara tinggi.
Randy berdiri sendirian saat hujan masih turun cukup lebat. Kemudian, dia mulai menyadari bahwa pada malam itu, dia sedang diperhatikan oleh sesosok makhluk. Detak jantung Randy mulai berdetak kencang, dengan berani dia menoleh ke arah samping ke tempat mereka tadiknya berkemping.
"Aghh... Barusan aku merasa seperti sedang diawasi. Ah, sial, pikiranku mulai aneh-aneh," ucap Randy sambil memegang kepalanya.
Randy masih memegang kepalanya.
"Sebaiknya aku bergegas mencari Aleandra," ucap Randy.
Randy berjalan dengan langkah yang kurang stabil di tengah guyuran hujan, suara gemercik air tercipta dari setiap langkah kakinya. Kota pada saat itu tampak begitu menyeramkan, tidak ada satu pun bangunan yang menunjukkan cahaya lampu, namun Randy tetap melanjutkan perjalanannya untuk menemukan Aleandra.