Pada malam itu, Randy dibawa oleh seorang pria tua yang sedang berjalan memakai jas hujan lalu menemukan Randy yang sedang tergeletak di atas jalan trotoar.
"Hey... hey..." pak Broto mencoba membangunkanya.
Pak Broto memperhatikan keadaan Randy yang terlihat sangat lelah dan tidak sadarkan diri. Tanpa ragu, Pak Broto mengangkat Randy dan membawanya ke tempat hunianya.
Setelah sampai, Pak Broto merawat Randy dengan penuh perhatian mengantikan seragam kepagawaian reporter yang ia kenakan dengan pakaian sederhana, lalu membaringkanya di atas sofa yang empuk dan memberinya selimut.
Pak Broto terus memantau kondisi Randy dan memastikan bahwa dia merasa lebih baik. Namun, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia mendengar langkah kaki dan desisan tangisan seorang wanita dari luar. Pak Broto merasa waspada dan berdiri untuk mencari senjata yang ia simpan di lemarinya begitupun dengan senter. Ia berfikir untuk mencari jalan agar dapat menyergap orang tersebut dari belakang. Dengan hati-hati, ia berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.
Pak Broto mengintip dari celah pintu, namun dia tidak melihat ada seseorang yang lewat, pak Broto membuka celah lebih lebar dari pintu itu dengan perlahan - lahan.Wajah pak Broto melihat mengarah ke sebelah kiri, namun yang ia lihat hanya cahaya senter dengan sekitaran yang begitu sepi, kemudian ia mendengar tangisan wanita itu kembali. Pak Broto dengan sikap waspada mengompa shotgunnya. Tanpa berfikir panjang, ia memutar badannya dan siap untuk menembak sambil menyorotinya dengan cahaya senter. Pak Broto menahan diri setelah melihat seorang wanita berjilbab yang sedang terduduk bersandar di dinding sambil bersedih.
Pak Broto terheran dengan kehadiran wanita tersebut dan sudah mempersiapkan senjatanya untuk berjaga-jaga. "Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Pak Broto dengan tegas. Wanita itu menjawab dengan suara lirih bahwa ia hanya mencari tempat untuk menyendiri.
Setelah mendengar jawaban melalui wanita itu, Pak Broto menurunkan senjatanya dan memerintahkan wanita tersebut untuk segera berdiri. Pak Broto melihat seragam yang dikenakannya, mirip dengan yang dipakai oleh Randy berwarna biru navy. Pak Broto mengajak wanita reporter itu untuk masuk ke dalam, sementara wanita itu mulai curiga dengan sikap Pak Broto.
"Kamari ayo kita masuk," ucap pak Broto yang mengajaknya masuk.
"Apa maksudmu dengan masuk ke dalam bersamamu?" tanya seorang wanita dengan nada curiga.
Tanpa basa-basi, Pak Broto meraih tangan wanita itu dan menariknya masuk. Wanita itu tampak marah dengan sikap Pak Broto.
"Bisakah kamu berlaku sopan, Pak?" tanya wanita itu dengan nada marah.
Pak Broto mengabaikan ocehan wanita itu dan melanjutkan untuk menaruh kembali senjatanya beserta senter. Wanita itu tampak frustrasi dengan sikap Pak Broto yang hanya diam.
"Kenapa kamu hanya diam? Kamu tidak tahu siapa aku?" tanya wanita itu.