Hari yang begitu melelahkan telah mereka lalui, dari gelapnya malam yang diiringi lantunan suara alam melalui hujan yang deras dan gemuruh petir. Namun, ini masih merupakan pertanda buruk bagi mereka berdua. Randy, dengan sikap temperamennya, berusaha mendapatkan hati Aleandra kembali melalui permintaan maafnya. Sementara itu, Aleandra yang sudah terlanjur tersakiti olehnya, melalui ucapan dan ayunan tangan, telah menjadi acuh terhadap responnya. Sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi di antara mereka berdua jika mereka terus menerus memiliki sikap negatif ini.
Mereka terlelap dalam tidur, dan terbangun oleh sinar matahari di pulau Luxy yang masih misterius ini. Begitu pula dengan kehadiran Pak Broto, seorang pria tua berumur 54 tahun yang tinggal di sebuah motel di salah satu kota di Runai. Tanda-tanda keberadaan keluarganya juga masih belum diketahui, baik di pulau ini maupun di kota Runai.
Pada pukul 5:00 pagi, Pak Broto berjalan menuju meja tamu yang berada di dekat Randy yang masih tertidur pulas. Dia mengambil sebuah piring yang telah diletakan sebatang lilin yang telah padam. Langkah kaki Pak Broto sejenak terhenti saat dia masih memegang piring kecil itu, lalu memalingkan wajahnya mengarah ke Randy.
Aleandra telah terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan ibadah subuh. Namun, kewajibannya itu terhenti saat Aleandra menyadari bahwa air di motel Pak Broto tidak mengalir.
"Kalau seperti ini, bau badan apa lagi mau ibadah," ucap Aleandra.
Aleandra yang tadi terduduk, kini beranjak dari kasur menuju pintu luar untuk menemui pak Broto perihal air yang tidak mengalir. Pakaian yang ia kenakan adalah baju lengan panjang dengan motif bergaris. Baju itu dulunya adalah peninggalan dari istri pak Broto waktu masih muda. Namun, setelah kekacauan di pulau ini seakan memisahkan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
Aleandra telah meninggalkan kamarnya, kemudian melihat pak Broto yang sedang sibuk di dapur, menyalakan kompor untuk memasak air. Melihat hal itu, Aleandra memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan memakai kerudungnya. Setelah memakainya, Aleandra kembali ke dapur untuk membantu Pak Broto.
"Permisi pak, biarkan Aleandra yang mengerjakannya," ucap Aleandra.
Pak Broto sedikit terkejut lalu menoleh ke arah Aleandra.
"Astaga, rupanya kamu, tidak usah repot - repot nak," ucap pak Broto dengan senyum ramahnya.
"Tidak apa - apa pak, Aleandra sudah terbiasa di dapur, justru aku senang membantu," balas Aleandra mencoba mengambil alih.
"Ok, aku serahkan ke kamu sementara aku ingin keluar sebentar untuk mengecek tandon air dan generator sebentar aku kembali untuk minum teh bersama kalian," ucap pak Broto.
"Jangan lupa, antar teh itu di meja ruang tamu jika sudah," sambungnya.
Aleandra yang mendengarkan itu hanya mengangguk, sementara pak Broto melangkahkan kakinya untuk keluar sebelum itu dirinya mengambil jaket di gantungan jaket.
Sesaat kemudian, tehnya telah siap untuk diminum, Aleandra membawa baki yang terdiri 3 gelas kaca mengarah ke meja ruang tamu. Aleandra meletakan geles kaca yang berisikan teh itu, setelah itu Aleandra menoleh ke arah Randy yang sedang tertidur sambil mengorok.
Aleandra mengingat kembali masa - masa persahabatanya terhadap Randy canda dan tawanya, dan Aleandra merunungkan kembali melalui peristiwa di malam hari, saat Randy membentaknya dan menampar wajahnya. Aleandra merasa sedih dan lelah.