Pagi-pagi, Mama sudah menyiapkan sarapan.
"Ini apa?" Avery bertanya sembari melihat ke arah ikan goreng yang dibuat oleh Mama.
"Ikan, Sayang." Mama menjawab pertanyaannya dengan senyuman.
"Kenapa dimasak? Kasihan ikannya." Wajah Avery iba.
Mama hanya tertawa melihat kelakuan Avery yang seperti anak kecil. Dia sangatlah polos.
"Kenapa? Kok kayak takut gitu? Makan aja. Enak kok." Aamon bertanya kepada Avery.
"Ini... benarkah bisa dimakan? Jangan membohongi aku." Avery menjawabnya dengan muka yang sedih membuat Aamon gemas melihatnya.
“Kamu nggak pernah makan ikan?” tanya Mama heran.
Avery menggeleng.
“Sekarang kamu harus coba, dijamin enak,” kata Mama sambil menyendokkan nasi ke piring Avery.
Avery benar-benar jadi tontonan di rumah tersebut. Banyak sekali yang tidak diketahuinya. Cara bicaranya juga aneh, terdengar formal. Seolah-olah dia adalah orang dari negeri asing. Namun baik Mama, Aamon dan Zeon merasa senang dengan kehadiran Avery yang lucu dan cantik. Apalagi Mama yang ingin sekali punya anak perempuan.
Akhirnya Avery mencoba memakan nasi dan ikan itu. Rasanya enak, tapi dia merasa ada yang aneh di tubuhnya. Dia merasa kasihan tetapi hanya diam.
@@@
Setelah beberapa hari, Avery makin merasa dekat dengan keluarga itu. Mereka menjaga Avery yang masih terlihat agak takut dan bingung melihat hal-hal tertentu. Avery tidak merasa terancam karena dia bisa merasakan aura orang-orang yang ingin membahayakannya atau yang mencintainya.