Awakening - Sixth Sense

Kevin Aryanto Wijaya
Chapter #7

Wanita yang Berdiri di Sudut Kelas

Setelah mendengarkan penjelasan tentang aura dari Adellia, aku menjadi tertarik untuk mencari tahu hal-hal yang berbau supranatural. Dari banyaknya artikel dan diskusi di suatu forum, aku menemukan banyak penjelasan beserta teori untuk mendapatkan kemampuan supranatural. Rata-rata diantaranya berisikan tentang praktik meditasi, membaca mantra dan berbagai jenis macam puasa.


Bahkan di beberapa website, aku melihat ada yang menawarkan jasa pelatihan keilmuan berbayar. Pelatihan yang ditawarkan mulai dari harga ratusan ribu rupiah sampai dengan harga belasan juta rupiah. Sungguh menarik pikirku, aku seperti telah menemukan dunia baru yang selama ini tersembunyi dari mata khalayak umum.


Dari semua yang kubaca, aku sangat tertarik dengan pembahasan mengenai khodam atau spirit. Khodam atau spirit itu sebenarnya hanya istilah keren saja, sebab biasanya mereka dipanggil hantu, jin ataupun setan oleh orang awam. Setelah membaca dari berbagai sumber, yang dapat kusimpulkan adalah kalau mereka bisa dijadikan sebagai teman atau pendamping manusia. Tapi tak ada yang mau menjelaskan bagaimana cara melakukannya, mungkin itu salah satu rahasia dapur mereka, pikirku.


Dari semua metode yang kubaca, saat ini aku hanya bisa mempraktikkan metode latihan meditasi saja. Alasannya karena latihan meditasi itu gratis dan tak perlu menggunakan peralatan apapun. Yang dibutuhkan hanyalah tempat yang hening dan nyaman. Malam ini, aku berencana melakukan meditasi di kamarku sendiri. Sesuai dengan petunjuk salah satu artikel yang simple dan masuk akal bagiku. Isinya menjelaskan bahwa, meditasi yang hanya berfokus kepada keluar masuknya nafas. Jika ada pikiran yang berlalu-lalang, cukup dihiraukan saja. Jangan direspon, apalagi dilawan, yang ada efeknya akan membuat pikiran makin liar. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar bisa memusatkan perhatian pada nafas.


Saat malam tiba, aku mengambil posisi meditasi duduk bersila lalu meletakkan kedua telapak tanganku diatas lutut. Sebelum melakukan meditasi, aku tak lupa mengecek jam di handphoneku terlebih dahulu, guna memastikan durasi latihanku. Setelah memastikan jam yang berada pada jam duabelas malam, aku mulai memejamkan kedua mataku, lalu mencoba untuk fokus pada alur pernafasanku. Suara dari pikiranku pun satu persatu muncul menghantuiku. Layaknya ada orang lain yang sedang mengajakku untuk berdialog dengannya. Tetapi sebelumnya aku sudah mengantisipasinya, jadi aku bisa lebih mudah memperkuat kesadaranku agar tak larut dalam suara-suara yang muncul di pikiranku.


Semakin lama, aku merasakan nafasku yang tadinya berat berubah menjadi lebih halus. Pikiranku yang tadinya liar juga perlahan-lahan menjadi tenang. Aku merasakan munculnya sensasi damai dan keheningan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Semua distraksi yang ada dipikiranku menghilang, hanya menyisakan perhatian penuh pada sensasi yang ada di seluruh tubuhku. 


Sampai pada titik dimana penglihatanku tiba-tiba berubah seketika. Yang ada dipandanganku saat itu hanyalah lorong gelap yang tak memiliki penerangan sama sekali. Aku merasa bingung dan sedikit panik, sebab apa yang kualami itu terjadi secara tiba-tiba. Berbeda dengan mimpi, disini aku sepenuhnya sadar dan bisa menggerakkan tubuhku sesuai dengan keinginanku sendiri. Aku percaya apa yang kualami ini bukan mimpi, sebab aku sadar bahwa aku sedang bermeditasi sebelumnya. Intuisiku berkata, bahwa sebenarnya saat ini aku sedang berada di alam ghoib.


Sejujurnya aku merasa takut untuk bergerak dan menjelajahi sekitarku, sebab yang ada dipandanganku tak ada apa-apa selain kegelapan. Aku bahkan tak bisa melihat tubuhku dengan jelas. Belum lagi, aku pernah mendengar bahwa jiwa seseorang bisa saja terperangkap di alam ghoib. Jadi wajar saja jika rasa takut dan keraguan muncul didalam hatiku. Tetapi di saat aku sedang mengalami dilema, muncul suara pria dengan nada yang lantang memanggilku.


“Berjalanlah kedepan.” ucapnya


Aku masih ragu, dari mana asal muasal munculnya suara itu. Apakah yang berbicara itu makhluk astral yang ingin berinteraksi denganku? Apakah dia memiliki niat jahat atau niat yang baik?. Aku hanya bisa bertanya-tanya kepada diriku sendiri. Tetapi anehnya suara yang memanggilku itu mengerti akan apa yang kupikirkan.


“Jangan takut, aku tak berniat menyakitimu.” ucapnya


Mendengar ucapannya yang berusaha meyakinkanku, membuatku semakin curiga. Sebenarnya apa tujuannya untuk memanggilku. Mengapa dia tak mendatangiku langsung. Dari yang kupelajari sebelumnya, para praktisi supranatural tidak menyarankan untuk memercayai perkataan dari para makhluk-makhluk astral. Sebab kebanyakan dari mereka sering berbohong dan menggunakan tipu muslihat untuk memperdaya manusia.  


“Kita sudah pernah bertemu sebelumnya didepan istanaku.” ucapnya


Didepan istana? Hmmm… apa istana yang dimaksud itu adalah istana yang pernah kulihat di mimpiku sebelumnya?. Seingatku, yang pernah kutemui di depan istana itu adalah sosok pria berjubah merah. Aku masih mengingat perkataan Adellia kemarin, kalau sebenarnya sosok ini tidak berniat jahat dan hanya ingin menjaga saja. Jadi aku memutuskan untuk mengikuti ucapannya, lagipula aku tak tahu bagaimana cara kembali ke tubuh fisikku di dunia nyata.

Lihat selengkapnya