Awakening - Sixth Sense

Kevin Aryanto Wijaya
Chapter #9

Pelet

Sudah beberapa bulan berakhir, sejak aku pertama kali melihat makhluk halus. Hari demi hari kujalani, kehidupanku yang dulunya sangat monoton dan membosankan mulai berubah. Hampir setiap harinya aku dapat melihat hal-hal yang baru, walaupun 90% darinya berhubungan dengan hal ghoib. Aku mulai terbiasa merasakan kehadiran mereka, dan mencoba berkomunikasi dengan beberapa dari mereka. Aku menyadari bahwa mereka juga punya kehidupan dan cerita masing-masing. Dari cerita yang kudengar langsung, ternyata sebagian besar dari mereka memiliki kehidupan yang tragis dan menyedihkan.


Perasaanku yang dulunya takut, berubah menjadi rasa iba setelah mendengar cerita kehidupan mereka. Aku menyadari betapa beruntungnya aku yang masih bisa hidup bebas dan memiliki keluarga. Tapi tak jarang juga, aku menemui makhluk halus yang bersifat licik dan jahat yang suka menggoda manusia untuk melakukan perbuatan yang tak bermoral. Saat menemui jenis seperti itu, aku selalu mencoba untuk menghindar dan menghiraukan ucapannya. Mereka pasti menawarkan kesenangan duniawi yang instan, contohnya seperti harta kekayaan, kekuasaan dan wanita. Tapi mereka tak akan memberitahu apa konsekuensi dan bayarannya kepada target.


Sejak kejadian pertama aku bisa melihat mereka di kampus, saat bersama Adel. Aku melakukan latihan meditasi rutin setiap hari, khususnya pada malam hari. Efeknya aku menjadi lebih peka dan sensitif akan energi dan dunia mereka. Tapi dari semua sesi meditasi yang kulalui, aku belum mengalami pengalaman yang sama dengan meditasiku yang pertama. Mungkin suatu saat nanti aku bisa mengalaminya lagi kembali, jadi aku tak mau ambil pusing untuk mencari tau alasannya.


Hubunganku dengan Adellia juga terasa semakin dekat, kami hampir selalu bersama mulai dari berangkat ke kampus, mengerjakan tugas, dan bahkan nongkrong bersama. Kami mulai terasa akrab dan bahkan banyak yang menanyakan hubungan kami sebenarnya. Mereka menanyakan apa hubungan kami cuma sekedar teman saja atau lebih dari itu. Tapi aku selalu menyangkalnya karena tak mau membuat Adellia merasa tidak nyaman. Seperti yang dulu kukatakan, aku tak mau berekspektasi banyak. Karena aku sudah merasa nyaman dan takut hubungan kami retak karena membahas hal semacam itu.


Sedangkan hubunganku dengan Steven menjadi agak renggang, karena aku jarang berinteraksi dengannya sejak ospek selesai. Dia lebih sering bergaul dan berpergian dengan teman barunya. Aku bisa memahaminya karena sifatnya yg ramah dan supel membuatnya disukai banyak orang, jadi otomatis dia memiliki banyak lingkaran pertemanan yang tak kuketahui.


Pada suatu hari, sewaktu aku sedang bersama Adellia sedang mengerjakan tugas bersama di gazebo kampus. Tak sengaja, aku melihat Steven yang sedang duduk di sudut gazebo. Berduaan dengan seorang wanita yang tak kukenal. Dari kejauhan aku bisa melihat mereka yang lagi asik bercanda dan tertawa. Mereka tak memperdulikan sekitar, dunia bagaikan cuman milik mereka berdua saja.


Saat aku sibuk memandangi mereka berdua, tiba-tiba Adel berbicara.

"Awas copot matanya Ram, kok kamu serius banget pelototin orang yang lagi pacaran hahaha." ucapnya sambil tertawa


"Hehehe, aku cuma penasaran doang kok Del. Udh jarang ketemu sama Steven, Eh tau-tau dia udah punya gebetan aja." balasku


Sejak mulai akrab dengan Adel, aku ikut terbiasa menggunakan panggilan aku dan kamu saat berbicara dengannya. Awalnya sih aku terasa malu dan canggung, tapi lama-kelamaan aku jadi mulai terbiasa dan nyaman. Dia juga tidak terlihat keberatan saat aku memanggilnya begitu.


"Dari rumor yang kudengar sih, pacarnya Steven itu kakak tingkat dua tahun diatas kita Ram." ucap Adel


Waduh, ternyata seleranya Steven bisa berubah jadi menyukai pasangan yang umurnya lebih tua, pikirku. Padahal setahuku dulunya dia selalu pacaran dengan yang lebih muda darinya. Dari dulu anak itu suka berceloteh kepadaku, kalau lebih menyukai daun muda ketimbang wanita yang lebih matang darinya. Dengan alasan, dia lebih suka menjadi lelaki yang bersifat dominan. Tapi aku tak terlalu menganggapnya serius, karena aku tak suka mencampuri masalah privasi orang lain.


Lihat selengkapnya