"Mengenal diri sendiri adalah awal dari semua kebijakan." ~Aristoteles~
_________________________
Malam ini hening. Penghuni kamar sudah terlelap, kelelahan setelah melalui tiga hari yang menguras tenaga dan pikiran. Jarum pendek menunjuk ke angka sebelas, sampai sekarang mataku tak bisa terpejam. Tubuhku merasa lelah sekali, tapi pikiranku terus bekerja, tak bisa diajak kompromi. Berbagai kejadian selama MOS, sebelum aku ke tempat ini, dan lagi-lagi kejadian menyakitkan itu muncul kembali di pikiranku. Ah, aku benar-benar ingin melupakannya. Namun, semakin dilupakan semakin sering muncul kembali.
Aku mendengar suara dari ranjang tetangga, ranjangnya Sekar. Aku bangkit dari tidur, membalikkan badan ke arah asal suara. Tubuh Sekar tampak bergerak-gerak. Aku tersenyum tipis, ternyata ada yang belum bisa tidur juga.
"Sekar..." panggilku pelan. Sekar langsung bangkit.
"Hei, kamu belum tidur juga?" Aku menggeleng. Cukup lama kami hanya terdiam, saling bertatapan, tak bersuara. Canggung. Aku ingin memulai percakapan, tapi sulit untuk mencari topik. Aku harus bisa untuk meningkatkan kemampuanku dalam bersosialisasi.
"Aku..." ucap kami bersamaan. Kami terkikik pelan.
"Kamu duluan yang bicara." Sekar mempersilakan.
"Kamu dulu aja," ujarku sembari tersenyum.
"Ya udah, nanti nggak ada yang mulai-mulai." Sekar tertawa kecil. "Aku lagi banyak pikiran aja, bukan masalah berat, kok. Cuma teringat sama orang rumah." Sekar menghela napas berat.
Aku menatapnya dalam-dalam. Walaupun dia bilang bukan masalah, tapi sepertinya Sekar menyimpan beban. Ingin rasanya aku bertanya dan membantu, setidaknya menghibur. Namun kami baru saja berteman, sungkan kalau ikut campur dalam urusannya.
Sekar balik menatapku, aku salah tingkah. "Haha, santai aja." Sekar kembali tertawa. "Kayaknya aku harus cerita ke kamu." Aku bingung ingin menanggapinya bagaimana.