Awal Tanpa Akhir

Ujang Nurjaman
Chapter #2

Cicak Betina

Raka bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Gina menampar Adit? Adit hanya menggelengkan kepalanya, memegang pipi sebelah kiri yang terkena tamparan keras Gina, dia nampak terlihat kesal dan tidak terima dengan perlakuan Gina.

Adit dan Gina memang tidak pernah akur, mereka selalu adu mulut, saling ejek satu sama lain, selalu membuat ruang kelas terasa ramai dengan teriakan keduanya, seperti Anjing dan Kucing. Tapi dari semua keributan yang mereka perbuat drama tamparan itu yang paling menggemparkan.

Ujian hari ke dua telah selesai, Raka dan kedua temannya memutuskan untuk belajar bersama, membahas soal-soal yang mungkin keluar di ujian Fisika, setiap pulang sekolah Raka selalu pulang bareng Fadhli, kebetulan kosan Raka dekat dengan rumah Fadhli.

“Ka belajar di rumahku aja ya! Rumahku kosong, ada Bi Lastri aja, sekalian nginep,” pinta Fadhli.

Raka hanya mengangguk setuju, otaknya masih berpikir, apa yang terjadi, dia memperhatikan mimik wajah Gina yang teramat kesal saat meninggalkan kelas, dia tahu Adit. Sebandel dan sekasar nya Adit, gak mungkin dengan sengaja menyakiti hati orang lain, terlebih perempuan.

Malam harinya, Raka dan Fadhli sedang asik belajar. Bi Lastri masuk menyuguhkan cemilan dan minuman.

“Terimakasih Bi,” ucap Raka. Bi Lastri hanya tersenyum dan beranjak pergi.

“Ka, udah mau jam sembilan, kok Adit lama ya?” tanya Fadhli sembari melirik ke arah jam yang tertempel di dinding kamarnya.

“Udah mending kamu fokus aja Fad! Besok ujian Fisika, aku gak bisa bantu banyak, kamu tahu sendiri Pak Anang seperti apa kalau buat soal, belajar apa soalnya apa,” Raka menggerutu.

“Iya, iya, sorry...,” jawab Fadhli pelan.

Malam itu Gina sedikit murung, dia bingung kenpa Adit bisa tahu? Perasaan takut mulai menyelimutinya, Gina memutuskan menelpon sahabatnya dan menceritakan ketakutanya. Dia merasa sudah sangat hati-hati, “bagimana kalau seisi sekolah tahu, mau taro dimana mukaku?” pikirnya. Gina membaringkan tubuhnya menatap lurus langit-langit kamarnya.

“Sudah tidur?” sebuah pesan masuk ke ponselnya, Gina mengabaikan pesan itu, menyimpan ponsel di meja kecil sebelah kiri tempat tidurnya, malamini dia ingin tidur nyenyak, berharap besok tidak terjadi apa-apa.

Suara telpon tiba-tiba berbunyi, Gina meraih ponselnya dan mengangkat telpon tersebut.

“Hallo?” sapa Gina.

“Iya hallo de Gina, kok gak di balas pesan Mas?” tanya pria yang ada di ujung telpon.

"Maaf Mas, saya ketiduran," jawab Gina ketus.

“Ya sudah kalau begitu, maaf kalau mas menggangu, selamat istirahat de Gina, salam rindu dari Mas.”

“Iya,” jawab Gina singkat.

Ujian Fisika baru saja dimulai, Raka memperhatikan sekelilingnya. Adit belum datang, “kemana dia?” pikirnya. Suara pintu terdengar diketuk dari luar, muncul Adit dari balik pintu dengan napas ngos-ngosan. “Mohon maaf pak,saya terlambat,” Adit membungkukan badannya kearah Pak Anang dan langsung menuju tempat duduk.

Raka yang melihat kedua temannya kebingungan mulai berpikir untuk menyelesaikan soal ujian lebih dulu, dia sudah berjanji pada Fadhli akan mengirim jawaban pada pukul 09.15, untungnya soal ujian merupakan pilihan, dia akan mudah membagikan contekan kepada dua temannya. Raka mengambil ponsel di saku celananya, dia mulai mengetik kunci jawaban di ponselnya, dia berharap Adit menonaktifkan suara di ponselnya. 

Lihat selengkapnya