Awan Tanpa Rupa

ANCALASENJA
Chapter #17

Utari

Kini Adit tak hanya menghabiskan waktu di sekolahnya bersama dua sahabatnya, Charles dan Rendy.

Adit menepati janjinya ke Utari untuk pulang bersama setelah latihan ekstrakulikulier mereka. Bertukar cerita tentang keseharian mereka, kecuali tentang satu hal; yaitu Ayahnya yang telah menikah lagi.

“Tari, makasih ya sudah baik banget ke Aku”, ucap Adit tiba-tiba di perjalan pulang mereka yang kesekian kalinya.

“Ah, enggak kok”, ujar Utari, “Aku malah yang banyak belajar dari Adit”, malu-malu mengakui itu pada sahabat laki-lakinya.

“Hahaha, kamu kenapa kok aneh?”, tanya Adit sambil tergelak melihat Utari bertingkah berbeda. Dia berlaku lebih manis dari biasanya.

“Heh! Jarang-jarang lho Aku baikin. Dasar Adit!”, ucap Utari kesal, “Tapi beneran Adit, Aku belajar lebih mandiri sejak kenal Adit yang pekerja keras dan pantang menyerah. Nggak banyak Aku kenal teman yang sejak sekolah sudah berjualan. Dan mungkin cuma Adit aja. Aku belajar banyak dari Adit…”, Ia tutup dengan senyumannya yang manis.

Adit tak pernah mengakui secara langsung bahwa Utari Adalah gadis pemilik mata binar bak pelangi cincin. Nyatanya dia tak hanya menyembunyikan hal yang berkaitan dengan Ayahnya saja.

“Kita makan es krim yuk?”, ajak Adit ke Utari, “Aku traktir sebagai balasan pujian kamu tadi”.

“Haha, ayuk! Tapi bayar sendiri-sendiri aja. Kamu jajanin Aku, yang adakamu nggak makan siang besok”, tawa Utari pecah dengan kelakuan sahabat barunya yang sok kebanyakan duit.

Mereka berdua duduk di tempat makan hanya untuk membeli dua cup es krim. Satu untuk Adit dan satu untuk Utari.

Utari tiba-tiba datang dengan pertanyaan yang sulit untuk Adit jawab, “Adit, gimana caranya menjadi kuat?”, sambil mengaduk-aduk gelas es yang Ia makan. Pandangannya ke arah jalan, tapi tak merujuk arah mata pada objek apapun.

“Umm… kok tiba-tiba banget nanyain itu?”, ujar Adit tak menjawab pertanyaannya. 

“Nggak apa-apa. Aku pengen kuat seperti Adit”, sepertinya bukan kuat seperti yang ada di kepala Adit sampai-sampai Utari masuk ke ekstrakulikuler karate.

“Maksudnya, biar bisa jago berantem gitu?”.

“Ya bukan lah… kuat kalau menghadapi masalah”.

Adit hanya termenung. Tak yakin dirinya sekuat itu. Dia bahkan sempat lari dari masalahnya dan beberapa kali terselamatkan karena bantuan orang lain. Bukan dia orang yang bisa menjawab itu untuk Utari.

“Aku cuma pernah cerita hal seperti ini ke Nana, dan cuma dia yang saat itu bisa Aku percayai”, katanya, “tapi sekarang aku merasa… Adit salah satunya”.

Lihat selengkapnya