Pertemuannya dengan Utari membukakan pikirannya untuk lebih mendengarkan, bahwa saat ini ada orang terdekatnya yang juga ingin mendapatkan kesempatan itu darinya.
Orang-orang berhak untuk bisa menyampaikan alasan dari apa yang mereka lakukan. Dia bukan orang yang pantas menilai seseorang berhak atau tidak untuk punya kesempatan itu. Dan Ia tau semua itu bisa dimulai dari berprasangka baik terhadap seseorang.
Utari bisa memberikan itu pada Ayah dan Bundanya, kenapa tidak dengan dirinya. Adit beruntung tak ada yang harus pergi dari keluarganya saat ini.
Dan kalaupun ada yang pernah pergi dari keluarga ini, adalah dirinya sendiri. Paling tidak, itu yang pernah ada dalam hatinya.
Dia tak pernah menghitung Ibunya pergi meninggalkan mereka. Ibu tidak pernah pergi, hanya pulang lebih awal dari mereka. Karena suatu masa, mereka akan berjumpa kembali nanti, entah kapan waktu itu akan datang untuknya. Pasti.
~~~
Adit yang hari itu menjemput kotak kue dari Pasar Layar meletakkan kotak-kotak kosong itu di atas meja di dapur. Ayu sedang menyantap makan siangnya saat Ia masuk ke dalam rumah.
Adit pulang lebih terlambat belakangan ini serius berlatih demi persiapan matang POPDA di Kota Pasarbaru. Latihan yang sudah disusun baik-baik oleh pelatihnya.
Adit lalu duduk bergabung dengan Ayu di meja makan, “Kakak sudah selesai makannya?”, tanyanya membuka obrolan mereka sore itu.
“Sudah, ini sebentar kakak cuci tangan dan piring ya. Tunggu sebentar yaa…”
Ayu pergi ke dapur setelah itu dan kembali sebentar setelahnya.