Awas Ada Si Bos!

Nazmul Asri
Chapter #3

Bos Baru (2)

Saat aku sampai di depan meja makan apa yang kusaksikan benar-benar membuatku tak habis pikir. Bayangkan saja Dimas begitu santai duduk di antara keluargaku, seakan ini adalah rumahnya sendiri.

Kadang aku bertanya-tanya, apakah aku sebenarnya tertukar dengan Dimas?. Mengingat ayah dan ibuku bahkan memperlakukan dia lebih istimewa daripada aku. Jiwa halu plus hobi berfantasiku sering berkhayal. Mungkin saja aku dan Dimas yang kebetulan lahir di rumah sakit yang sama pada jam yang sama tak sengaja terukar. Orang tua kami yang baru mengetahui kenyataan ini setelah bertahun-tahun memutuskan untuk menerima kenyataan dan tetap membesarkan kami sebagai anak masing-masing. Lalu ketika cukup usia, kami akan dinikahkan, sehingga mereka bisa mendapatkan anak kandung masing-masing tanpa harus kehilangan anak yang sudah mereka besarkan sejak bayi.

Euhh, aku merinding. Buset dah, amit-amit, bagian terakhirnya ogah banget. Ya walaupun aku senang-senang aja sih menerima Dimas, lumayanlah untuk mengakhiri masa jombloku, menyelesaikan berbagai cibiran tetangga bahkan saudara yang suka kepo dengan kedok silaturrahmi.

"Ngelamun mulu anak gadis, buruan gih makan, kasian Dimas"

Teguran ibu membuat fantasi gilaku yang mulai berkeliaran kemana-mana langsung menghilang.

Aku lalu ikut bergabung bersama keluargaku, menikmati sarapan dengan santai tanpa mempedulikan berbagai tatapan yang kini mengarah ke arahku. Mulai dari tatapan Dimas yang mengisyaratkan aku agar cepat makan, tatapan Randi yang masih memandangku dengan mata memelas hingga tatapan ayah dan ibuku yang mungkin berharap aku akan mendapatkan jodoh hari ini, entah bagaimanapun caranya.

Bodoh amat, ah. Sarapan adalah hal yang paling esensial dalam hidupku, lebih tepatnya makan adalah hal paling esensial dalam hidupku.

***

"Gue gak bisa jemput ya sistur, gue ngelembur hari ini"

Seperti biasa, Dimas mengantarku menuju kantor yang memang searah dengan kantor tempat dia bekerja. Aku meletakkan tangan di depan dahi, melakukan gestur memberi hormat.

"Ashiapp bosque"

Ucapku selebay mungkin.

Dimas hanya memutar bola mata jengah dan langsung mengisyaratkanku untuk segera menutup pintu agar tidak menimbulkan fitnah.

Yaps, di kantorku, nama Dimas sudah tak asing lagi. Dimas yang sering mengantar dan menjemputku digosipkan sebagai pacarku.

"Nasib amat gue digosipin sama lu Tan, rusak reputasi gue"

rengeknya, memaksaku untuk segera membersihkan namanya.

Tentu saja si playboy cap balsem lang satu itu nggak bakalan mau reputasinya rusak, apalagi saat ini dia juga sedang jomblo, ya walaupun gebetannya banyak sih. Dimas bilang, dengan adanya gosip tentang dia sebagai pacarku membuat kesempatannya untuk bertemu jodoh yang memang ditakdirkan untuknya semakin mengecil. Entah apa korelasinya.

Aku melangkahkan kaki memasuki gedung perkantoran yang sudah hampir 8 tahun menaungiku. Begitu aku putus dari Aryan, aku mencari dan melakukan banyak hal untuk meredakan rasa sakit hatiku kepada dua makhluk tuhan yang paling seksih alias Aryan dan Sarah.

Lihat selengkapnya