“Cinta, satu kata ribuan makna.”
Empat orang tengah bercanda ria. 3 orang lelaki dan satu perempuan. Awan mendung disertai semilir angin sore tak membuat mereka takut akan terguyur hujan, yang mungkin sebentar lagi akan datang.
“Naya, Yasmin udah pulang?” tanya Khafi disela obrolan yang terjeda.
“Belum, dia lagi ke toilet.”
“Dia bawa motor sendiri?” tanya Khafi lagi.
“Enggak, kemungkinan pulang naik taxi.”
“Kenapa gak bawa motor sendiri?”
“Eumm, sekarang kan lagi musim yang rawan hujan. Jadi, nyokapnya gak izinin dia bawa motor karena Yasmin alergi sama hujan.”
“Alergi hujan?” ucap Zulfan, Zidan dan Khafi bersamaan.
“Astaghfirullah, kaget.” ungkap Naya serasa mengelus dadanya.
“Kok bisa sih ada orang alergi hujan?” tanya Zulfan.
“Kalau kena air hujan gatal gatal?” tanya Zidan.
“Atau, air hujannya takut sama Yasmin? Takut dimarahin?”
“Yasmin yang takut air.”
“Ya siapa tau, kan Yasmin judes banget tuh?”
Khafi dan Naya hanya geleng geleng kepala mendengar celotehan Upin Ipin versi Indonesia didepan mereka.
“Ooh, gue tau Fan.. Jangan jangan Yasmin itu putri duyung? Kayak cerita dongeng gitu,”
“Oh iya, yang kalau kena air berubah jadi ekor kakinya?”
“Gak usah ngaco lo berdua,” serkas Khafi dan Naya bersama. Saudara kembar terdiam seketika.
“Putri duyung itu cuma makhluk fantasi, kalian berdua jangan ngadi ngadi.” peringat Naya.
“Dari mana kamu tau kalau putri duyung itu gak ada? Kan udah banyak tuh film tentang putri duyung.” jawab Zulfan yang langsung disetujui oleh Zidan.
“Ya dari mana juga kalian tau kalau putri duyung beneran ada?”
“Loh, kan di film film ada.”
“Film kan hasil imajinasi manusia, karangan manusia. Gimana bisa jadi nyata?” Naya mendebat tak mau kalah.
“Yah kan ada film film yang diadaptasi dari kisah nyata,”
“Korban film ya kalian berdua,”
“Gimana kalau kita ke laut aja? Cari bukti putri duyung itu makhluk fiksi apa nyata?”