Wahai Nona!! Tak peduli seberapa sering kamu menolakku. Tak akan habis kesabaranku. Percayalah! Aku akan terus memperjuangkan mu.
- Khafi Luqman Mafaza
****
Yasmin melihat Khafi yang sedang berbincang bincang dengan seorang lelaki. Siapa dia tidak diketahui? Yang pasti, Khafi mendapatkan uang dari lelaki tadi. Yasmin memang sengaja tidak pulang sebelum bertemu dengan Khafi. Ada hal yang dirasa perlu dibicarakan. Itu sebabnya Yasmin memilih untuk tetap tinggal.
Khafi membalikkan badannya, dan menemukan Yasmin berada didepan sana. Khafi tersenyum bahagia, seseorang yang dia sayangi tengah menunggunya. Begitu dalam fikirnya. Tanpa berfikir panjang, Khafi melangkahkan kakinya menemui Yasmin. Dengan senyum manis yang terus menghiasi wajah seorang Khafi.
Tepat saat Khafi tiba didepan Yasmin, saat itu pula hal yang mengejutkan terjadi. Khafi kira Yasmin akan memberikan ucapan selamat kepadanya. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Apakah dia?
"Lo emang bukan cuma ngeselin, tapi lo juga gila!" Marah Yasmin sambil mendorong Khafi. Khafi terkejut? Tentu saja.
"Lo nggak mikir apa dengan lo kayak tadi lo bisa mati!" Kata Yasmin lagi. Ia terus mendorong Khafi. Khafi semakin bingung. Ada apa dengan gadis ini? Oh, semoga saja dia tidak kerasukan jin ataupun setan dari tempat ini.
"Bisa nggak sih? Sekaliii aja lo nggak jadi orang yang ngeselin hah?"
"Gue tuh bingung kenapa orang kaya lo harus hadir di kehidupan gue?" Tepat setelah mengatakannya, Yasmin menghentikan aksi mendorongnya.
Bukannya balik marah, Khafi malah tersenyum dengan manisnya. Mengeluarkan jurus andalannya. Membuat Yasmin berubah seketika. Amarahnya mereda, entah kenapa. Mungkin senyum Khafi lah yang menjadi alasannya.
"Kamu harus tau satu hal. Kalau semua yang hidup, pasti akan merasakan mati. Itu satu hal yang pasti." Jawab Khafi dengan halusnya.
"Tapi kita hidup bukan untuk mati!" Jawab Yasmin. Khafi tersenyum lagi.
"Aku tau. Dan kalaupun hari ini aku harus mati , yaudah biarlah. Emang aku bisa apa? Memang sudah takdirnya." Jawab Khafi. Yasmin menggeram, ia marah lagi. Bukan dengan menjawab kata kata Khafi, Yasmin malah pergi. Seperti biasanya. Oh malang sekali nasibmu Khafi..
"Yasmin ! Yasmin tunggu!"
"Yasmin!" Teriak Khafi sambil mencekal lengan gadis yang sedari tadi ia panggil.
"Kamu ini kenapa sih?" Tanya Khafi lagi.
"Apa yang lo lakuin Khafi?" Tanya Yasmin dengan nada jengkelnya. Ia lelah. Khafi selalu berhasil merusak moodnya.
" Aku cuma mau bantu kamu aja. Kamu lagi nyari berita kan? Dari kisah nyata? Okeh aku tunjukan kisahku. Barang kali itu bisa membantumu."
"Lo sadar nggak sih kalau hal yang lo lakuin tadi itu bisa bahayain diri lo sendiri?"
"Bahaya itu lumrah. Tugas kita adalah berusaha untuk selamat darinya. Lagian, yang kayak tadi juga udah biasa. Aku sering ngelakuin nya."
"Terus kalau seandainya hari ini lo nggak selamat gimana?"
"Itu nggak akan terjadi. Buktinya, sekarang aku masih bisa berdiri disini. Nemuin kamu lagi." Kata Khafi. Ia mengedipkan sebelah matanya. Bermaksud menggoda. Yasmin mendelik kearahnya.
"Kayaknya kamu takut banget aku kenapa napa? Kamu udah cinta?" Khafi bertanya lagi. Yasmin melengos lalu pergi. Apa lagi? Seperti biasanya Khafi tidak bisa berbuat apa apa. Tugasnya hanyalah membuat Yasmin bahagia. Tanpa harus memaksanya.