Saat Nana beranjak remaja tepatnya saat ia memasuki bangku sekolah menengah pertama. Sang ayah menambah skillnya. Dari yang asalnya level 1 hanya menyeramkan saja kini ia berada di level 2 dan menambah skillnya menjadi menyeramkan dan menyebalkan.
Kemajuan yang harusnya tak ada.
Jika masa kecilnya sang ayah sering bertengkar denga ibunya. Masa remajanya sang ayah sangat sering bertengkar dengan dirinya. Mereka bagai Tom & Jerry hingga membuat ibunya sangat pusing bukan main.
Bahkan jika diibaratkan mereka seperti air dan minyak,tak bisa disatukan.
"sumpah,ayah selalu membuat masalah setiap bertemu dengankuu! Ahhh aku benar benar tak mengerti dengan monster yang satu itu"
Disaat keadaan sangat damai,tentram dan nyaman menurut Nana sang ayah sering kali datang hanya untuk memancing percikan-percikan api perkelahian yang sering berakhir dengan sang ayah marah-marah,sang putri ikut marah-marah juga,atau sang putri menangis atau juga tawa suka yang sudah sangat jelas sangat langka untuk terjadi.
"ia seperti manusia yang haus akan keributan,hahh yang benar saja"
Contohnya saat Nana dengan santai menonton drama atau membaca novel atau ceritan fanfiction dan di dalamnya ada bagian menyedihkan hingga ia ikut terharu dan menangis. Datanglah manusia berstatus sebagai ayahnya itu.
Dengan wajahnya yang antusias dan langkah yang jumawa ia melihat anaknya yang tengah sibuk menangis sambil terus memperpendek jarak antara ia dan sang putri.
Dan sang putri hanya terfokus dan tak ingin peduli dengan kehadiran ayahnya itu. Namun sang ayah semakin terpanggil untuk menggoda putrinya itu,ia mengintip layar yang putrinya perhatikan.
"idihhhh nangisin ceritaa, gak guna banget tuh air mata."
Nana hanya menatap ayahnya sengit dan kembali fokus pada hal yang ia baca dan tentu tangisnya.
"Tuhh mamah yang harusnya kamu tangisin beres-beres sendirian, Nangis tuh huhuuhuuu pengen bantuin mamah huhuhu,bapakkk pengen sapu-sapuuuu,huhuu bapa pengen nyuci piring bukan nangisn orang lain. Gk guna banget tuh air mata hahh"
Gadis itu masih menahan hawa nafsu untuk menggerutu.
"punya anak gadis gak guna banget."
Mungkin sudah tak bisa disabari lagi. Nana menatap malas wajah ayahnya lalu menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Menarik nafas panjang lagi dan membuangnya kasar. menarik nafas lagi..
"sebelum aku gitu ayah harus dadar diri dong ngaca diri. Uang bulanan tuh kurang mamah sampai-sampai nangis tiap malem karena stress ngatur uang yang sedikit. nangis tuh gini HUHHUHUU AKU PENGEN NGASIH UANG LEBIH KE ISTRI HUHU PENGEN NGASIH UANG JAJAN TAMBAHAN SAMA ANAK HUHUHU bukan nyombongin uang tapi anak sama istri kekurangan dih,ga ngaca banget hidupnya!"
"Nana!"
"HUHUU PUNYA SUAMI GA GUNA HUHUHU ISTRI NANGIS TIAP MALEM TUC" tambahnya.
"ni anak ya!"
"Ayah yang mulai! sana pergi!" usirnya dan sang ayah menuruti perkataannya itu.
"orang gila,dia yang mulai debat dia yang marah-marah,sinting emang" gerutunya tak kala ayahnya itu sudah tak ada dalam jangakauan pandangan Nana.
Atau Nana sedang fokus menoton drama dikamar,tak beranjak bahkan jika beranjak pun ia hanya akan mencari makan, makan, ketoilet dan sisanya hanya menghabiskan waktu di kamar dengan mata terfokus pada drama yang terpajang di layar laptop.
Dan lagi lagi ayahnya muncul. Ia hanya berdiri dipintu dengan mata terus tertuju pada Nana. Nana yang tidak ingin mempedulikan ayahnya itu terpaksa harus menyaut karenatatapan intimidasi ayahnya itu.
Ia menengok kearah ayahnya berada,kepalanya ia tangah sekejap/