Ayah

kakaii
Chapter #5

Alasan Utama

Bagi ayah aku, adikku dan mamah adalah nomor sekian dan itu pun setelah orang lain. Kami bukan prioritas dia walau seharusnya anaklah yang menjadi prioritas seorang kepala keluarga dan hal itu cukup membuatku semakin sakit hati karenanya.

Dibandingkan dengan tangannya yang ringan,ini adalah hal yang paling menyakitkan yang ayah lakukan padaku atau tepatnya pada kami.

Dan yang menempati urutan pertama atau pemegang prioritas utama ayah adalah keluarga besarnya. Ini mengherankan bagiku.

Mengapa ayah harus memprioritaskan mereka dibanding aku anaknya dan mengapa juga ayah harus merasa sangat bertanggung jawab pada mereka yang notabenenya bisa menanggung jawabi kehidupan sendiri atau kehidupan keluarganya masing masing.

Awalnya aku tak tahu menahu persoalan ini. Aku tak tahu jika ayah banyak mengeluarkan banyak uang untuk keluarga besarnya.

Yang kutahu saat itu hanya ayah yang sering memberi uang jajan pada salah satu keponakan tersayangnya. Dan uang jajan itu melebihi nominalnya lebih besar dari uang jajanku yang berstatus sebagai anak kandung ayah.

Aku minta lima ribu saja ia mengomel,lalu mengapa ia dengan santai memberi uang jajan sebesar lima puluh ribu pada keponakannya itu malah dengan senang hati memberi uang sebesar itu.

Anak mana yang tidak sakit hati melihat kelakuan ayah yang seperti dia. Rugi memberi uang jajan pada anak namun senang memberi jajan anak orang lain.

Saat aku beranjak remaja,atau SMP semua yang asal tak aku tahu kini menjadi tahu. Hal yang buram menjadi jelas.

Bermula dari mamah yang menjadikanku tempat curhatya. Sedari kecil mamah sering mencurahkan kekesalannya padaku termasuk keinginannya untuk cerai dan mati karena ayah.

Mamah waktu itu mengatakan kekesalannya walau tak utuh ia memberitahu masalah utama mamah dan ayah. Terlebih aku juga saat itu terlalu muda untuk mengerti masalah orang dewasa yang sangat pelik.

Mamah bilang jika salah satu penyebab pertengkaran hebat antara mamah dan ayah adalah masalah keuangan.

Ayah sudah berhenti dalam membuat masalah fisik dan juga masih bisa menyembunyikan ketergantungannya terhadap narkoba jadi hal itu tak menjadi permasalahan yang berat lagi. Ayah juga sudah memperbaiki namanya di BI (BANK INDONESIA) karena kini ayah membayar hutang tepat waktu dan tak menunggak seperti dulu mamah pun tak mengomel lagi dan nama ayah sudah bersih kembali.

Namun masalah ini tak pernah berakhir,dan selalu menjadi momok bagi keluargaku kata mamah. Masalah itu adalah ayah yang selalu mengeluarkan banyak uang untuk keluarga besarnya sedangkan sangat mengirit pada kami dan ini menjadi permasalah besar untuk mamah.

Mamah diberi uang bulannan yang sedikit dan disuruh menghemat. Tapi kebutuhan hidup sangat mahal terlebih mamah mempunyai anak seperti aku dan adikku yang banyak jajan. Dan ayah malah mengirit kami sedangkan pada keluarga besarnya sangat royal.

Pada awal-awal mamah bercerita aku sempat tak percaya. Aku pikir uang banyak yang selalu dikantong ayah itu untuk membayar hutang-hutangnya yang banyak maka dari itu ayah mengirit pada kami.

Namun saat kejadian ayah memberi uang saku pada keponakan kesayangannya itu dengan senang hati aku langsung yakin dengan perkataan mamah.

Hingga suatu hari aku turun dari kamar menuju lantai bawah,dan kulihat ayah sedang celingak celingukkan bersama kakanya itu, aku masih sempat mendengar ucapan dari kakak ayahku itu atau bisa kita sebut Om Mana. Untungnya aku masih sempat mendengar perkataan mereka.

Lihat selengkapnya