Ia terbangun dengan deru nafas yang membuncah. Lalu memijat pelipisya pusing. Alam bawah sadarnya belum terkumpul sepenuhnya.
Saat sudah benar-benar sadar gadis bernama Nana itu berpikir. Rasanya ia seperti tak bermimpi,rasanya sangat nyata baginya untuk di sebut sebagai mimpi.
Otaknya terus mencerna apa yang telah ia lihat,entah itu mimpi atau sebuah flasback namun terlalu nyata untuk di sebut mimpi.
Ia masih ingat,ia seperti melihat masa kecil ayahnya. Layaknya kilas balik ia melihat perjalanan keluarga ayah dari sang kekek yang ia lihat difoto masih muda menikah dengan neneknya hingga kematian kekeknya diusia sang ayah yang baru saja lulus SMK.
Yang Nana lihat dari kilas balik sang kekek hanya satu kali melakukan kekerasan fisik pada anaknya. Dan itu pun bukan pada ayahnya. Hingga membuat gadis itu menyadari mengapa ayah kasar sedangkan ia sendiri tak pernah dikasari oleh kekek?,batinnya.
Ia hanya melihat sang kekek melakukan itu pada satu anaknya,dan kekeknya melakukan itu pada Om mana, kakak ayah.
"mungkin kesalahan yang Om Mana perbuat sangat fatal. Hingga kekek yang tak pernah seperti itu menyiksa dirinya anak kekek untuk pertama kali dan terakhir kaliya? kayak Om Mana emang suka buat onar sampe sekarang.." ucapnya sendiri.
Namun disisi lain Nana bingung mengapa ayahnya sangat kasar sedangkan ia tak mempunyai masalalu yang bisa membuatnya seperti itu. Dan mengapa juga sang ayah membuatnya trauma tanpa mempunyai jejak yang sama.
"rasanya aneh kalau seseorang bisa gitu tanpa ada trauma yang menyebabkannya" ucapnya sendiri.
Karena mimpi atau kilas balik atau apapun itu dari mana ia pun meragukannya. Dan ingin mencoba memastikan kebenaran tentang apa yang ia lihat kemarin.
Saat menyambangi keluarga sang ayah ia bertemu dengan dua kakak perempuan ayahnya itu. Yang satu namanya Titi dan yang satu lagi Nur. Nana memanggil mereka dengan nama Uwa. Jika dalam Sunda Uwa sendiri mempunyai arti kakak dari ayah atau ibu.