Dulu narkoba bukan hal yang terlalu Nana pikirkan. Ia hanya mendengar sekilas tentang sang ayah menggunakan Narkoba dari ibunya yang terus menerus menyindir sang ayah hingga ia sadar bahwa sang ayah adalah pecandu.
"Terus aja bako aceh"
"ga ngebako kaya ga punya tenaga banget dih"
"pergi buat pesta bako aceh dengan teman teman"
Nana yang dulu tidak tahu konteks sindiran bako aceh itu apa hanya bisa memperhatikan. Setiap sang ibu mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan bako aceh wajah sang ayah akan murung dan tertunduk.
Hingga suatu hari pertengkaran hebat kembali terjadi setelah sekian lama rumah mereka damai. Ia masih ingat, pertengkaran itu terjadi saat ia duduk dibangku kelas empat sekolah dasar.
Hari itu Nana kecil dengan riang pulang ke rumah selepas penat belajar di sekolah. Saking riangna ia berjlan sembari loncat loncat layaknya anak kelinci yang kegirangan.
Setibanya di depan gerbang rumahnya Nana semakin riang karena mendapati sendal sepupu didepan pintu. Pikirnya ia bisa langsung main dengan sepupunya.
Namun saat masuk pintu rumah ia sangat kaget dan syok. Rumah begitu berantakan banyak barang pecah berserakan dimana mana. Dan ia melihat sepupunya memeluk adiknya yang saat itu masih sangat kecil.
Tanpa pikir panjang Nana melepas tas dan memeluk mereka berdua. Dilihat disisi lain sang ibu dan ayahnya hanya tertunduk lesu.
"Liat ayah kamu bako aceh terus,ganja ganja ganja!" teriak sang ibu.
Nana menghampiri,dan ibunya menariknya dan menujuka barang yang tadi ibunya katakan. Bentuknya seperti bako yang digunakan orang tua jaman dulu. Namun lebih kecil dan ada biji-biji kecil.
"liat nih ganja ayah kamu,biasanya dibuang sekarng ketauan"
Nana menatap itu tak percaya, lalu menatap ayahnya yang terus tertunduk setelahnya menatap ibunya yang terlihat sangat frustasi.
Ia hanya bingung kenapa orang tuanya harus kembali bertengkar di depan mata anak anak. Dan berpikir apa tak keterlaluan mengetahui apa itu narkoba,mengetahui bentuk dan memegangnya di usia yang sangat kecil itu.
"apa mereka gila?"
Walau begitu setelah hari itu sang ibu sudah tak membahasnya lagi. Membahas ayah yang sering menggunakan narkoba. Namun tetap sering melemparkan sindiran terhadap ayahnya.
Insting wanita sangat kuat. Walau tak pernah menciduk lagi barang haram itu di saku atau tas ayahnya sang ibu tetap tahu jika ayahnya itu belum benar benar berhenti dengan narkoba setelah insiden pertengkaran hebat itu.
Maka dari itu sang ibu tak pernah berhenti menyindir ayahnya dan malah Nana ikut menyindir juga.
Tapi sepintar-pintarnya tupai melompat, baunya tetap tercium juga. Begitu pula sang ayah. Walau skill menggunakan narkobanyanya menjadi sangat rapih hingga tak terciduk lagi sang ibu. Ayahnya itu malah terciduk polisi karena barang haram itu lagi.
Malam itu Nana dan sang ayah duduk bersama di depan tv. Mereka menonton berita karena sang ayah menginginkannya. Ibunya sibuk di kamar sedangkan ia dan ayahnya bersama.
Namun tiba-tiba seseorang menelfon ayahnya dan wajah ayahnya itu menjadi tegang.