Waktu berjala cepat, libur lebaran telah usai kini ia disibukan untuk mendaftar sekolah menengah atas. Dan ia memilih sekolah favorit karena sang ibu yang tadinya biasa saja malah memaksanya.
"Udah masuk sma sana aja! pokoknya kamu harus masuk sana gimanapun caranya kalau ngga mamah bakal marah besar sama ayah"
Nana mendengar hal itu dari ibunya hanya pasrah setuju, padahal ia tak begitu peduli akan sekolah dimana. Yang penting baginya adalah cepat lulus dan cepat kerja supaya tak harus minta uang jajan pada ayahnya yang selalu marah ketika ia mintai.
Nana daftar bersama salah satu sepupu dari ayahnya yang memiliki usia dan angkatan yang sama. Dan mereka daftar di sekolah yang sama juga.
Selama seminggu Nana melaksanakan MPLS yang diadakan sekolah barunya itu. Setelah MPLS selesai pembagian kelas pun dilaksanakan.
Dan ia mendapat kelas yang tak ia ingin kan belum lagi sepupunya mengatakan jika kelasnya itu diiisi orang-orang yang tidak pintar atau anak buangan. Dan kelas itu adalah kelas Bahasa.
"kakak masuk ipa H tapi kakak malah minta pindah kelas, guru bknya malah bilang sayang soalnya ipa paling pinter dibandig ips sama bahasa"
Nana yang awalnya sudah tidak suka, dan juga merusak planning yang ia bangun sejak kelas 2 smp itu semakin geram. Setibanya Di rumah ia mengamuk karena tidak ingin duduk di banku kelas bahasa.