Selang seminggu setelah masalah itu, kehidupan kembali berjalan normal. Terlebih ada anggota baru di dalamnya. Namun kata-kata yang dilontarkan sang ayah masih teringiag-ngiang di kepala Nana.
"kalau nerimain hal gini aja gabisa gimana kalau ayah mati?"
"ga selamanya ayah nemenin kamu,bisa aja ayah mati besok,lusa atau minggu depan" hsh
Tiba di hari senin, dan dengan aneh sang ayah siap lebih dulu untung mengantar putrinya itu. Ayahnya terlihat sangat bersemangat tak seperti hari biasanya.
Nana bergegas bersiap untuk berangkat ke sekolah diantar oleh ayahnya. Setelah siap ia langsung menghampiri pintu mobil bagian depan.
"di belakang, di belakang aja duduknya" ucap sang ayah memerintah Nana yang akan duduk disampingnya.
"Masa di belakang yah? tar di kira supirnya dong" protes ibunya dan disetujui oleh Nana.
Menurut Nana rasanya aneh melihat sang ayah memilih terlihat menjadi supir, padahal biasanya ia akan bringat agar di akui ayah olehku di depan banyak orang. Hal ini sangat membuat Nana heran bukan kepalang.
"Udah di belakang" Dan mau tak mau Nana menuruti kemauan ayahnya itu.
Dilihat dari spion dalam ayahnya seperti tersenyum samar tak begitu jelas karena mata nana sudah tidak sehat. Dan berpikir jika ayahnya aneh.
'Aneh banget si'
"Nana sekolah"
Setibanya di sekolah Nana salam pada ayahnya itu, dan entah mengapa ia terus merasa ayahnya tersenyum kepadannya, lagi.
Malamnya ayah Nana berpamitan untuk keluar ke rumah temannya.
"Mahh ayah pergi dulu" teriak ayahnya dari bawah.
"kunci dari luar mamah udah tidur abis minum obat" Jawab nana teriak dari kamarnya
"iyaaa" sautnya lagi.
Setelahnya ia mendengar suara pintu terkunci. Dan tak lama dari itu Nana ikut pada ibunya ke alam mimpi. Ia tertidur selagi menunggu ayahnya kembali.
Selang beberajam suara pintu terbuka terdengar samar-samar di sela tidurnya. Dan ia juga melihat sang ayah melihatnya dari kamar dan tersenyum, Namun ia pikir itu hanyalah mmpi.
"arghh mimpii ya" racaunya lalu kembali terlelap ke alam mimpi.
Namun tak lama dari kembalinya ia ke alam mimpi sang ibu memanggilnya panik dan histeris disertai suara orang mengorok sangat keras membuatnya sangat kaget.
Ia sempat melihat layar ponsel yang menunjukan pukul 00.05. Lalu setelahnya ia langsung bergegas menghampiri ibunya. Tatkala melihat ayahnya kejang Nana langsung ikut panik.
Ayahnya mengorok dengan keras dan tubuhnya kejang dengan suhu tubuh yang sangat tinggi. Ibunya terus terus memanggil sang ayah,dengan tak melepaskan genggaman ayahnya.
Ia dan ibunya membalik posisi ayahnya yang terlungkup untuk memastikan dan melakukan pertolongan pertama.
Namun saat tubuh ayahnya di balikan, kejangnya hilang begitu pula deru nafasnya. Tubuh ayahnya menjadi tenang tiba-tiba namun tangannya tak pernah lepas menggenggam tangan sang istri walau suhu tubuhnya tak turun.
Nana terus menampar wajah ayahnya, terus mencoba membuat sang ayah sadar.
"Ayah bangun! ayahh!" tamparnya lagi/
Perasaan Nana semkan panik membuat ia tak bisa fokus saat memeriksa denyut nadi ayahnya.
"Ayah bangun! Ayah jangan bercanda! Ayah bangun!"
Lalu dengan sedikit pengetahuan tentang cpr yang ia pelajari dari PMR ia mempraktekan pada ayahnya. Entah teknik yang salah atau saat ia mencoba melakukan itu sudah terlambat.
"hahhh udahh kamu cari bantuan,telfon sodara ayah"
Dan naasnya malam itu handphone sang ayah tiba tiba lenyap bak ditelan bumi. Di hp Nana pun tak menyimpan nomor saudara-saudarnya yang semakin membuatnya panik.
Kedua adiknya hanya memperhatikan dengan tatapan bingung. Malam selasa tengah malam, waktu dimana sangat mengerikan. Dengan terpaksa ia harus keluar rumah mencari pertolongan.
Belum lagi tempat yang akan dia tuju sangat gelap dan banyak cerita mistis didalamnya. Sangat membuat Nana mendapatkan kesialan berturut-turut. Dari hp sang ayah yang hilang, kontak yang juga sama tak ada dan kini harus keluar rumah di waktu tengah malam.
Ia buka pintu segara, melihat keadaan sekitar begitu sepi, gelap dan dingin sangat menakurkan untuk pergi keluar.
Ia menarik nafas panjang mengumpulkan keberanian, walau bersama kedua adiknya rasanya tetap menakutkan.
"HAhhhhh ayo" ucapnya meyakinkan diri.
Lalu gadis itu segera berlari menuju salah satu rumah saudara terdekatnya. Ia berlarian bersama kedua adiknya membentuk formasi tangga. Dari dia yang paling tinggi hingga alfa yang paling kecil, Mereka belarian menerjang rasa takut demi mencari pertolongan untuk sang ayah.
Setibanya di rumah saudaranya, ia mengetok-ngetok pintu dengan keras sambil meminta tolong.
"ahhhhh ommm omm tolongin Ayah pingsan omm"
Semua penghuni rumah keluar bahkan hingga tetangga-tetangganya pun ikut keluar. Setelah itu mereka ke rumah Nana. Ada beberapa yang sibuk mengambil mobil ayah untuk membawa ayahnya ke rumah sakit. Ada juga yang sibuk mengangkat tubuh ayahnya itu.
Setelah masuk mobil mereka langsung berangkat dengan sang ibu. Nana bersama dua adiknya menunggu di rumah saudar. Pikiran gadis itu gelap karena ia tak kemungkinan terburuknya.
Nafasnya terus menggebu, rasa ketakutan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya kini menyeruak dan menggerogoti pikirannya. Ia yang selama ini ingin membunuh sang ayah kini takut ayahnya pergi.
Berbeda bagi sang adik yang masih belum mengerti, kedua adiknya malah riang berlarian.
"ZIANNNN DIEMMMM!! Kamu tahu ayah kamu lagi gitu malah sempet sempetnya main!" teriak gadis itu pada adiknya.
"Udah,udahh gapapa. siayah pasti sembuh gak akan kenapa-kenapa" lerai bibi.
Namun tak berselang lama dari itu, salah satu paman yang mengantar ayahnya ke rumah sakit sudah kembali. Ia berbisik pada sang istri.
"sudah gak ada" bisiknya terdengar dengan mimik tak kuasa menahan tangis.
Nana yang melihat itu langsung bergegas kembali kerumahnya di ikuti sang adik. Ia berlari tanpa pikir panjang dengan hati penuh harap jika semua ini hanya mimpi buruk dan ia akan segera terbangun.
Nana berlari begitu kencang dengan wajah menyedihkan terpang pang, kedua adiknya mengikuti langkahnya. Mereka kembali berlarian dengan formasi yang sama. Mereka berlari dengan dramatis dan menyayat hati. Sang ibu yang melihat itu semakin histeris. Mengingat jika anak-anaknya kini telah berstatus sebagai anak yatim.