Setelah meninggalnya sang ayah dengan kenyataan pahit jika ayahnya itu mati dibunuh sang kakak. Keluarga kecil Nana harus menanggung beban lagi karena tagihan hutang yang berdatangan selepas kepergian ayahnya itu.
Dari hari kematian hingga beberapa hari setelahnya banyak orang berdatangan dan menelfon untuk menagih hutang yang jumlahnya tidak sedikit.
"Ayah gila, hidup nyakitin mati pun masih nyakitin. Kenapa ga tinggalin warisan yang gede malah hutang" Rutuknya pada sang ayah.
Beberapa orang datang menagih hutang peninggalan ayahnya. Beberapa langsung lunas karena berhubungan dengan asuransi jiwa. Seperti hutang ayahnya di salah satu bank yang besarnya hampir lima ratus juta langsung lunas begitu saja dengan surat kematian.
Namun beberapa lagi lunas dibayar oleh uang santunan yang mereka dapat. Dan hal yang membuat ibunya aneh adalah kenapa hutangnya lebih banyak dari apa yang diucapkan suaminya itu. Seolah olah hutang itu bukan milik suaminya namun diserahkan padanya.
Dan salah satu penagih hutang ayahnya Nana itu datang dengan memberikan pernyataan total hutang yang tak sama dengan ucapannya saat ketika hidup. Dan juga membuat ibu Nana sangat syok karena nominalnya sangat jauh dari dugaannya.
"li-lima puluh lima juta? semuanya? lima puluh lima juta rupiah?" tanya ibunya kaget dan seketika tubuhnya langsung lemas tak bertenaga.
Ia masih ingat jika suaminya itu berbicara padanya jika ia hanya meminjam uang sebesar empat puluh juta namun kini malah bertambah lima belas juta. Nana dan ibunya berpikir, lima belas juta lagi kemana? karena mereka tak menggunakan uang itu tapi harus membayarnya. Rasanya sangat gendok.
"Bukannya empat puluh juta?" Tanya ibunya lagi memastikan. Namun
"Iya bener lima puluh lima juta" ucap Mana, kakak iparnya. Ibunya dan Nana menatap tak percaya pada orang yang berbicara,
'manusia laknat ini' Batin Nana geram.
"IYa bener neng emang lima puluh lima juta utang siyana, Kaka saksinya neng" Tambah kakak pertama ayahnya.
'mereka benar-benar tidak tahu diri dan bersekongkol, gila saudara ayah memang gila. sudah jelas siapa pelakunya disini.' Batinnya lagi.
Sang ibu bukannya mendapat pembelaan malah dijerumuskan lebih dalam oleh keluarga ayahnya. Membuat ibunya frustasi seketika dan Nana emosi.