Ayah

kakaii
Chapter #21

Tersadar

Saat tiba di sekolah, Nana menatap sendu orang orang yang diantar sekolah oleh ayahnya. Terlebih anak perempuan, ia melihat banyak anak perempuan yang diantar sekolah oleh ayahnya. Sebelum pergi mereka salam dan saling mengecup pipi mesra.

Jika ia ingat-ingat lagi ia lupa kapan mengecup pipi ayahnya seperti itu. Semenjak tahu ayahnya seperti itu Nana menjadi sibuk memusuhi ayahnya hingga memiliki jarak untuk seperti itu.

"kenapa sekarang rasanya iri banget ya" ucapnya lalu menyeka air mata.

Jika ia melihat teman perempuannya mengendarai mobil ia juga sering teringat ucapan ayahnya yang melarangnya mengendarai motor dan malah menyuruhnya belajar mengendarai mobil. Namun semua itu hanya kenangan karena mobil pribadinya sudah dijual untuk melunasi hutang orang lain.

"Gak usah belajar motor belajar motor. Badan pendek gitu kalau kecelakaan kaki kamu potong gimana? Mau cantik-cantik pincang? udah belajar naik mobil aja kamu. Gak usah naik motor"

Dan benar saja saat-saat terakhir ayahnya pun, sang ayah malah menyuruh Nana belajar mobil dengan supirnya dan tak pernah boleh belajar mengendarai motor walau keesokan harinya sang ayah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Atau ayahnya sering mengungkapkan jika ia ingin melihat putrinya mengendarai mobil sedan.

"Kamu ga usah muluk muluk nanti, cewe ngendarin mobil sedan udah paling keren" ucap ayahnya itu yang tak pernah terwujud karena ayahnya malah pergi dan mobilnya iktu pergi.

Melihat hubungan ayah dan anak perempuannya begitu dekat pun membuat Nana memandang iri pada mereka. Saat melihatnya Nana ingat jika ia dan ayahnya sangat tidak akur dan mungkin tak akan mungkin bisa seperti itu.

Jangankan untuk dekat, saat bertemu saja mereka sering bertengkar dan juga sering memperdebatkan semua masalah yang ada.

"Kalau waktu itu ada yang bisa mengerti dan mengalah, mungkin gak akan ada penyesalan kaya gini. Akhirnya nyesel juga anak durhaka" ucapnya pada diri sendir.

Saat salah satu teman Nana mengatakan jika ia juga mempunyai hubungan yang buruk dengan ayahnya dan mengataka jika semuanya akan lebih baik jika ayahnya mati.

Nana yang mendengar itu tersenyum kecut, ia pun sempat memiliki pemikiran itu.

"Kalau hidup ayah buat keluarga besarnya, lebih baik gak punya ayah sekalian"

Namun saat ini, saat setelah ayahnya pergi Nana sadar jalan terbaik untuk hubungan yang buruk antara anak dan orang tua bukanlah kematian, melainkan memperbaiki hubungan.

Ada juga saat Salah satu teman Nana, Andin mengatakan jika Nana belum pernah diambilkan rapot oleh ayahnya.

"Lo belum pernah diambilin rapot sama ayah ya?"

Nana sadar 'ahh benar juga, seumur hidup aku tak ingin ayah mengambil rapotku' batinnya, dan ia mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilemparkan temannya Andin.

"kalau gue karena ayah malu padahal gue nyuruh,katanya 'kalau diambil rapotnya sama ayah tar andin malu punya ayah botak kaya ayah' katanya gitu" ucapnya.

Nana yang mendengar cerita kawannya itu tertawa, Ya bagaimana pun itu memang lucu. Malu pada diri sendiri dan tak ingin membuat anaknya malu hanya kepalanya botak.

"kalau gue sebaliknya,tiap ayah mau ambil rapot gue gamau,soalnya ayah jelek haha" Ucapnya tak kalah lucu.

"haha kalau gue ayah yang malu,sedangkan lo,elo yang malu. Tapi kita sama sama nyeselkan ga pernah rasain rasanya diambil rapot sama ayah?"

Nana memandang lurus, lalu mengangguk membenarkan ucapan temannya itu. Mereka sama sama menyesal, menyesal tak memaksa ayahnya dan menyesal tak memaksakan dirinya sendiri.

Nasi sudah jadi bubur, sang ayah kini sudah terkubur. Jika ayahnya mengambil rapot mungkin seluruh dunia akan Kaget, melihat pocong membawa rapot anaknya.

Dan lagi ketika sudah seperti ini hanya satu pertanyaan yang terlintas di otak Nana.

"mengapa ia harus membunuh ayah?"

Saat setelah pertama kali mengambil rapot di SMA, Nana dan ibunya memilih pulang menaiki angkutan umum. Dan saat mereka menaiki angkutan umum itu terdapat beberapa ibi-ibu yang Nana ibunya kenal karena rumahnya dekat dan juga karena satu SD.

Dan dari banyak ibu ibu didalam mobil itu. Ada satu orang yang menatap Nana iba.

"hmm pasti berat buat dia, Anak ayah banget ditinggalin ayah" ucapnya tiba-tiba membuat Nana bingung.

Yang ia ingat dirinya dan sang ayah adalah musuh bubuyutan, mengapa jadi sangat dekat. Membuat ia menatap ibunya bingung. Sedangkan ibunya malah tertawa

"iyaa, biasa sama ayahnya sekarang ditinggalin" Mendenfar jawaban ibunya Nana semakin bingung.

Setibanya di rumah Nana langsung bertanya pada ibunya itu.

Lihat selengkapnya