Nana mengetahui jika judi dan mabuk adalah cara ayahnya lari dari rasa sakit dan beban hidupnya. Dan juga tahu mengapa ayahnya menggunakan narkoba, ayahnya menggunakan narkoba agar terus bisa semangat mencari uang.
Karena ayahnya tahu, yang ia hidupi bukan hanya anak istrinya saja. Keluarga besarnya masih menjadi tanggungannya bahkan hingga akhir hayatnya.
Ayah nana sering mengatakan jika tak akan ada ayah yang seperti dirinya. Ayahnya bilang dengan percaya diri jika dirinya ini adalah laki-laki paling bertanggung jawab namun Nana malah menghina itu karena merasa semua itu omong kosong ayahnya.
Namun saat mengtahui semua ini Nana sangat setuju dengan ucapan ayahnya. Saking bertanggung jawabnya ia sampai bertanggung jawab dengan kehidupan keluarga besarnya itu.
Nana pun bingung kenapa ayahnya terus bertanggung jawab pada orang orang yang tidak tahu diri itu, Ia juga bingung mengapa ayahnya sangat sabar dan terus membantu mereka yang memperlakukan dirinya dengan buruk.
Mengapa ayahnya lebih mengorbankan diri sampai-sampai memilih dimusuhi anak istri hanya demi menanggung jawabi keluarganya besarnya itu.
Namun disisi lain juga sadar, ayahnya lari dari masalah yang pada akhirnya malam menambah masalah yang ada. Ayahya sangat terluka dan tak tahu cara melampiaskanya dengan benar hingga semua kekacauan itu terjadi.
Ia dan ibunya terlalu tutup mata dan keluarga besarnya sudah jelas tidak tahu diri. Membuat ayahnya menyimpan luka nya seorang diri.
Ayahnya hanya curhat pada satu orang, ia juga tak pernah menikmati kerja kerasnya selama ia hidup, ia juga hanya tahu cara buruk untuk melampiaskan bebannya itu.
Entah mengapa Nana tiba-tiba menjadi penasaran mengapa ayahnya kasar padahal tidak pernah diperlakukan kasar.
"Mah kenapa ayah kasar sama anaknya sendiri?" Tanyanya penasaran.
"Karena cara ayah komunikasi sama kamu kaya gitu"
"tapikan harusnya caranya harusnya ga gitu mah,aku anak perempuanya lo!"
"Karena ayah ga pernah di perhatiin sama kekek,jadi dia ayah ga tau cara komunikasi dengan anaknya"
"emang ayah ga deket sama kekek?"
"ayah deket sama pamannya,lebih deket sama pamannya dibanding sama kekek. bahkan ayah dapetin kasih sayang seorang ayah dari pamannya"
"tapi kenapa harus keras sih"
"ayah itu anak yang paling ga diperhatiin,kamu harusnya beruntung ayah terus merhatiin kamu walau salah caranya."
"kalau gitu kenapa ayah ga bilang?"
"ayah terlalu gengsi untuk dikasihani anaknya,walau gitu kamu harus tahu kamu buat ayah berharga banget terlepas ayah gitu sama kamu"
Lagi lagi Nana terdiam. Saat kecil ayahnya tak mendapatkan kasih sayang seorang ayah, ketika remaja hidupnya harus diabdikan untuk keluarga besarnya, saat setelah menikah ia tetap harus bertanggung jawab pada keluargaesarnya yang tidak tahu diri, dimusuhi anak istri, keluarga besarnya tidak tahu diri dan sering memusuhinya.
Lalu ia teringat.
"Yang penting kita gak gitu sama orang lain. Kalau misalnya bukan yang bales kebaikan ayah mungkin dari orang lain" ucap ayahnya waktu itu, dan nana ingat wajah ayahnya saat mengatakan itu. Menahan rasa sakit.
Ayahnya sangat sabar, Walau keluarganya seperti itu ia tetap bertanggung jawab tanpa meminta imbalan dan tanpa dihargai sama sekali.
Disisi lain ayahnya bak setan yang menyebalkan namun sisi lainnya ayahnya seperti malaikat takk bersayap.