AYAH

Bentang Pustaka
Chapter #3

Pensil

Pertanyaannya sekarang, bagaimana mulanya sehingga Sabari tergila-gila kepada Lena?

Dulu dia tak ubahnya anak-anak lain di Belantik, kampung paling ujung, di pinggir laut Belitong sebelah timur. Pulang sekolah dia langsung mengalungkan katapel, me­ngantongi duku muda untuk pelurunya, bersandal cunghai, melempari buah sagu, mengejar layangan, berlari-lari di padang, dan berenang di danau galian tambang. Kulit kelam terbakar matahari, luka-luka seantero kaki, pulang ke rumah dimarahi Ibu demi melihat baju penuh bercak getah buah hutan, lalu pontang-panting berlari ke masjid agar tak terlambat dan dimarahi guru mengaji. Di masjid tertawa, bersorak, berebut, bertengkar, menangis.

Soal cinta? Sabari tak kenal dan tak suka. Cinta adalah kata yang asing. Cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat. Cinta adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta adalah tempat yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol orang dewasa.

Waktu kelas dua SMP, Ukun berkata kepada Sabari bahwa dia suka sama Hanifa, sampai tak bisa tidur dibuatnya. Sebelumnya, Ukun juga pernah bilang bahwa dia suka sama Sita, Mawar, Anisa, Laila, Nurmala, Aini, Indra, Deli, Lili, Mumun, Nizam, Latifah, Salamah, Fatimah, Hasanah, Sasha, Zasa, Zaza, dan Shasya. Adapun Tamat, tanpa malu-malu bilang bahwa dia suka sama Amoi, Zarina, A Yun, Minar, A Mung, Nuri, Rifa, Umi kampung seberang, dan Umi anak Pak RT.

“Tapi, hanya suka pandang,” kata Tamat.

“Maksudmu?” tanya Sabari.

“Kata ayahku, aku tak boleh pacaran sebelum tamat perguruan tinggi. Itulah sebabnya ayahku menamaiku Tamat.” Padahal, ayahnya sendiri punya tiga istri. Lempar batu sembunyi tangan.

Lihat selengkapnya