Ayah, Benarkah Aku Anakmu?

Trinaya
Chapter #6

Bab 6 Teringat

Fazwan menjatuhkan tubuh di kasur, sebelah tangan ia gunakan untuk menyangga kepala. Menatap ke arah langit-langit kamarnya.

Pria itu terus memikirkan Farhana. Gadis misterius yang terus mengganggu pikirannya. Rasa keingintahuan Fazwan begitu besar dan tekad lelaki tersebut sudah bulat untuk bisa lebih dekat dengan Farhana.

Kenapa kamu selalu hadir dalam bayanganku, Farhana? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kamu begitu terlihat ketakutan sekali? Siapa yang sudah membuatmu seperti itu?

Pikirannya begitu berisik. Terlalu banyak pertanyaan memenuhi isi kepala Fazwan. Rasa kepenasarannya terus meronta meminta untuk segera terjawab.

"Farhana, aku tidak bisa mengusir bayanganmu dariku," monolog Fazwan sambil menghela napas kasar.

~~~

Farhana berjalan dengan tertatih ke arah meja belajar. Gadis itu menjatuhkan tubuh bagian bawahnya ke kursi. Kemudian, ia membuka laci dan mengambil obat berbentuk gel. Lalu, membuka tutupnya dan mengoleskan kepada dua kakinya yang masih tampak memar.

Gadis itu sesekali meringis ketika harus menahan rasa sakit. Kedua pipinya pun basah bersimbah air mata. Setelah selesai, Farhana mengambil sebuah figura kecil yang berada di dalam laci meja belajarnya. Kemudian, memandangi wajah lelaki tampan di mana ada Farhana bersamanya.

Perlahan, gadis belia itu mengusap lembut foto pemuda yang tampak tersenyum itu. Air matanya semakin deras. Menetes perlahan membasahi kaca figura tersebut.

"Mas Farraz, bagaimana kabar kamu? Hana rindu, Mas," ucapnya sembari terisak.

Bayangan akan masa lalunya bersama Farraz pun menyelinap ke dalam pikiran Farhana yang tengah melamun tersebut.

~~~

Sepuluh tahun yang lalu.

"Dasar anak tidak tahu di untung! Kamu itu sudah membuat malu, ya! Beraninya kamu mencuri di rumahku!"

Teriakan terdengar begitu lantang, hampir memekakkan gendang telinga Hana yang tengah di caci-maki oleh Fakhri. Pria tua itu tampak begitu emosi, terlihat dari raut wajahnya, memerah menahan amarah.

Sorot mata Fakhri begitu tajam, seperti hendak menerkam, di tangannya terdapat sebilah golok. Mendekat ke arah Hana dan menempelkan pada leher anak tersebut yang tengah berbaring telentang di ranjang kamarnya.

Lihat selengkapnya