Ayah, Benarkah Aku Anakmu?

Trinaya
Chapter #12

Bab 12 Tersadar Dari Koma

Fazwan melangkah dengan gontai menuju ruang ICU, tempat Farhana dirawat sementara pasca koma usai operasi. Sepanjang perjalanan, pikirannya terus terbayang-bayang akan perkataan dokter mengenai kondisi Farhana. Hati Fazwan dirundung dilema dan penyesalan.

Seandainya aku tidak meninggalkanmu kemarin, aku pasti bisa mencegahmu untuk pergi. Kenapa, Hana? Kenapa kamu tidak izin padaku. Jika terjadi sesuatu hal buruk padamu, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri.

Fazwan membatin sembari sesekali menelan ludah dan meremas rambutnya sambil melangkah. Pria itu mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai ke ruangan Farhana berada.

Ya, gadis itu di pindahkan ke ruang ICU setelah selesai pemeriksaan dan melakukan operasi pemasangan pen pada bahu kirinya yang patah, pasca kecelakaan dua hari yang lalu.

Fazwan sudah tidak sabar ingin segera tiba di ruangan Farhana dirawat, ia semakin mempercepat langkahnya. Tidak lama kemudian, Fazwan pun tiba. Pintu tempat itu dibuka perlahan.

Terdengar bunyi berasal dari alat perekam detak jantung. Terhubung pada dada Farhana, dialiri kabel ke monitor sebagai pendeteksi kondisi jantung Farhana. Ventilator, merupakan mesin yang mengirimkan oksigen ke paru-paru, berupa tabung tipis, dipasang di tenggorokan melalui hidung atau mulut. 

Ventilator membantu pernapasan saat paru-paru sedang dalam masa pemulihan. Punggung tangan kanan terbalut selang infus, sedang bahunya ia gunakan untuk menyangga tangan kiri yang terbalut kain.

Kondisi Hana masih memprihatinkan, Fazwan bersedih dan merasa bersalah atas kejadian itu. Fazwan duduk di samping gadis belia tersebut. Kedua matanya menatap nanar ke arah Hana. Sungguh, tidak pernah terbayangkan dalam pikirannya, jika semua ini harus terjadi pada Hana.

"Bangunlah, Hana. Maafkan aku, tidak bisa menjagamu dengan baik sampai kamu seperti ini," ucap Fazwan dengan raut wajah sedih.

~~~

Hari berganti waktu pun berlalu dan terus bergulir. Malam hari telah tiba, matahari telah digantikan kedudukannya oleh rembulan serta bintang malam. Farhana belum juga membuka mata. Fazwan masih setia menemani Hana, tidak meninggalkannya sedikitpun, kecuali dirinya ingin ke toilet atau beribadah.

Fazwan terus menggenggam sebelah tangan Hana yang terbalut infus. Begitu lelahnya pemuda itu, semenjak Farhana masuk rumah sakit, ia belum bisa beristirahat dengan baik. Bahkan, selalu siaga menjaga gadis cantik di hadapannya, kecuali dirinya akan ke toilet dan beribadah. Makan pun Fazwan tidak berselera, ia selalu memikirkan akan kondisi Hana.

Fazwan tertunduk, tanpa sadar, kedua matanya terpejam sembari menggenggam sebelah tangan Hana. Tak berapa lama kemudian, jemari Hana bergerak dan menyentuh lembut bibir Fazwan. Pemuda itu membuka matanya perlahan. 

Perlahan, kedua mata Hana terbuka. Fazwan melebarkan bola matanya agar dapat melihat Farhana lebih dekat. Fazwan berdiri cepat dan memajukan sedikit tubuhnya untuk bisa berkomunikasi dengan Hana.

"Hana, kamu sudah sadar?" tanya Fazwan lembut, sembari menatap gadis cantik itu.

Hana melirik ke arah sekeliling. Menelan ludah, kemudian menghela napas pelan. Lalu, pandangannya beralih ke arah Fazwan.

"Aku di mana? Kenapa aku ada di sini? Dan ... aww! Kenapa sakit sekali? Tu--tubuh aku, kenapa sulit sekali bergerak?"

Rentetan pertanyaan terlontar dari mulut mungil Hana. Meski pelan dan lemah. Namun, dapat terdengar oleh telinga tajam Fazwan.

"Kamu di rumah sakit. Kamu mengalami kecelakaan dua hari lalu," jelas Fazwan dengan lembut.

Lihat selengkapnya