Empat hari berlalu, semenjak Farhana kembali ke rumah, pasca studi tour dan istirahat yang diberikan pihak sekolah karena kecelakaan yang ia alami beberapa waktu lalu.
Hana mulai kembali bersekolah, meski sebenarnya belum diizinkan untuk masuk. Namun, Hana tidak ingin berlama-lama di rumah dan terus dimarahi Fakhri karena dianggap tidak berguna serta malas sekolah.
Padahal, pria tua itu tahu, jika Hana benar-benar sakit cukup parah karena kecelakaan tersebut. Meskipun kondisi Hana belum begitu membaik, bahkan ada sedikit pembengkakan pada bekas operasinya. Sebab, terlalu banyak aktifitas yang seharusnya belum boleh dilakukan. Namun, terpaksa dikerjakan.
Semua karena Fakhri, orang tua itu terus memaksa Hana melakukan pekerjaan yang cukup berat di rumah, bahkan terus memarahi dan menghukum jika gadis belia tersebut tidak patuh atau kurang maksimal mengerjakannya.
Padahal, Fakhri sangat mengetahui kondisi Hana yang belum pulih total. Fazwan pun sudah banyak memberikan penjelasan mengenai hal itu. Namun, seolah tidak peduli dengan kesakitan yang Hana alami, Fakhri terus saja memaksa gadis itu bekerja keras. Padahal, ada saudara yang lain. Namun, tidak mau membantu, kecuali Felicia.
Adik bungsu Hana itu memang sangat peduli dan baik pada Hana. Terkadang, tidak tega melihat penderitaan yang kakaknya alami karena ulah Fakhri. Namun, tidak bisa melawan, bukan karena takut. Akan tetapi, ia masih kecil dan tidak ingin membuat masalah. Sebab, akan membuat Fakhri semakin menjadi membenci serta menyiksa Hana.
~~~
Hana melangkahkan kakinya dengan sedikit cepat. Meski terkadang, harus meringis menahan sakit yang masih sering terasa. Walaupun luka di bagian kakinya sudah kering dan mulai membaik. Namun, bekas jahitan itu terkadang berdenyut saat Hana melangkah.
Gadis belia itu menyeka peluh yang menetes di keningnya saat tiba di sekolah dengan lengan bajunya. Kemudian, melangkah perlahan menuju kelas. Fazwan tidak sengaja melihat Hana saat hendak ke kelas sebelah mengajar.
Kedua mata Fazwan terbelalak karena terkejut melihat Hana sudah masuk sekolah. Pemuda itu mendekat ke arah Hana dan menghadangnya.
"Hana, kenapa sudah masuk sekolah? Bukankah seharusnya masih tiga hari lagi?"
Fazwan langsung memberondong Hana dengan pertanyaan. Hana mendongak dan terkejut melihat kehadiran Fazwan yang langsung bertanya padanya tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Ka--Kak Fazwan," ucap Hana pelan dengan gugup.
"Iya, ini aku. Kamu belum jawab pertanyaan aku, Hana," ucap Fazwan menatap Hana tajam.
"A--aku bosan berlama-lama di rumah dan tidak melakukan apa pun. Jadi, aku memutuskan untuk bersekolah. Lagipula, sebentar lagi ujian. Kalau aku banyak libur, bagaimana aku bisa melaksanakan ujian dengan baik," jelas Hana berusaha tenang.
"Yakin bosan? Bukan karena ayahmu?" cecar Fazwan yang tidak percaya dengan penjelasan Hana.
"I--iya, Kak."
"Tapi kamu masih sakit, Hana. Masih butuh istirahat beberapa hari sampai membaik."
"Aku sudah baikan, Kak. Aku ...."
"Wajah kamu pucat. Aku tidak yakin kamu baik-baik saja. Apa bahumu sudah membaik?"
"Aww!"