Fazwan terus membujuk Hana agar mau memaafkan diri juga teman-temannya. Meski sulit. Namun, itu bukan hambatan bagi Fazwan yang selalu bisa menaklukan hati Hana.
Satu jam berlalu pasca kemarahan Hana di ruang terapi. Gadis itu akhirnya luluh karena lelah jika harus berlama-lama bermusuhan dengan Fazwan. Hana memilih merebahkan tubuh lelahnya dan beristirahat. Fazwan pun tidak memaksa Hana serta tetap setia mendampingi gadis itu.
Dua jam kemudian, Tubuh Hana mengejang. Keringat dingin membasahi keningnya. Kepala Hana menggeleng ke kiri dan kanan bergantian dengan mata yang masih terpejam. Fazwan berusaha membangunkan Hana. Menggoyangkan tubuh gadis itu pelan sambil memanggil namanya.
"Hana, bangun, Hana. Hana."
Pemuda itu terus berusaha membangunkan Hana yang kini mencengkeram kuat seprai. Mulutnya merancu tak karuan.
"Jangan, jangan usir aku. Jangan! Maafkan aku ibu, ayah. Jangan siksa aku lagi, ayah. Jangan, jangan, jangan!"
Hana membuka cepat kedua matanya. Napas Hana tersengal dan keningnya berkeringat. Hana duduk sambil meremas rambutnya. Fazwan meraih kedua tangan Hana dan menggenggamnya.
"Hana, kamu kenapa?" tanya Fazwan dengan panik.
Hana terdiam. Berusaha mengatur napasnya agar kembali normal. Menatap Fazwan nanar. Nyawa Hana belum sepenuhnya terkumpul.
"Hana," panggil Fazwan lembut.
"A--aku, aku mimpi buruk, Kak," ucap Hana dengan sedikit gugup.
Fazwan menghela napas. "Kalau tidur baca doa biar tidak mimpi buruk, Hana dan jangan marah-marah," jelas Fazwan sedikit menyindir.
"Aku sudah baca doa. Lagipula, aku tidak marah-marah, kok," bantah Hana sambil memajukan mulutnya. Membuat Fazwan gemas.
"Ya sudah, jangan manyun lagi. Makan dulu, ya. Kamu belum makan semenjak terapi tadi siang," bujuk Fazwan sembari mengambil baki berisi makanan dan memangkunya.
"Mau aku suapi?" lanjut Fazwan sembari menyendok makanan dalam baki.
"Biar aku sendiri saja, sekalian melatih bahuku," ucap Hana sambil mengambil baki perlahan dan memangkunya.
"Kakak juga makan, ya," pinta Hana lembut.
"Baiklah, kita makan bersama, ya," ucap Fazwan sembari mengambil kotak berwarna cokelat berisi makanan di nakas dan duduk di samping Hana.