Fazwan kembali ke rumah sakit menjelang siang, ia ke kamar Hana. Namun, gadis itu tidak ada. Kemudian, pemuda itu ke ruangan Rizki dan menemui sahabatnya itu yang sedang berbincang dengan Randi mengenai kondisi pasiennya.
Fazwan membuka pintu perlahan, setelah mendapatkan izin dari yang empunya. Kedua sahabat Fazwan menatap dengan terkejut ke arah Fazwan, tampak begitu khawatir sekali.
"Fazwan, kamu kenapa ke sini?" tanya Rizki curiga.
"Aku mau tanya tentang Hana. Ke mana dia? Kenapa tidak ada di kamarnya?"
Fazwan memberondong Rizki dengan pertanyaan. Randi dan Rizki menghela napas kasar bersamaan. Mereka saling beradu tatap. Lalu, menatap ke arah Fazwan.
"Jadi, kamu tergesa begitu karena khawatir dengan Bidadarimu itu?" goda Randi sambil senyum-senyum.
"Apa kalian tahu di mana Hana?"
Fazwan tidak menjawab godaan Randi, ia kembali melontarkan pertanyaan dan semakin curiga.
"Jangan khawatir. Bidadarimu masih di taman sejak pagi. Perawat sudah berusaha membujuknya. Namun, ia tetap tidak mau masuk dan memilih tinggal di taman," jelas Rizki dengan wajah serius.
"Jadi dia masih di taman sejak pagi?" ulang Fazwan dengan terkejut. Kedua sahabatnya itu mengangguk bersamaan.
Fazwan langsung balik badan dan melangkahkan kaki dengan cepat menghampiri Hana. Sementara kedua sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Fazwan yang menggemaskan ketika sedang panik.
"Ya ampun, Hana. Aku mencarimu ke mana-mana, ternyata ada di sini," ucap Fazwan ketika menemukan Hana. Gadis itu terkejut dan menoleh ke arah sumber suara.
"Kak Fazwan, " ucap Hana pelan.
"Kenapa kamu di sini? Pasti sudah dari pagi, bukan?" curiga Fazwan sembari duduk di samping Hana dan menatapnya tajam.
"Aku bosan di kamar terus, jadi cari udara segar di sini. Rasanya nikmat sekali, cuacanya juga cerah. Aku benar-benar seperti sedang menikmati kebebasan."
Hana menarik napas dalam, kemudian mengembuskan perlahan. Memejamkan kedua matanya sejenak. Hatinya begitu damai, meski sempat gundah. Fazwan memperdalam tatapannya. Hati pemuda itu bahagia melihat Farhana tidak lagi murung.
"Kamu suka, Hana?" tanya Fazwan tanpa melepaskan pandangannya.
"Emm," jawab Hana sambil mengangguk.
"Kalau kamu sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit ini, aku janji akan mengajakmu ke suatu tempat yang pasti kamu suka," jelas Fazwan lembut.
"Benarkah?"
Hana menoleh ke arah Fazwan. Mata mereka saling beradu. Ada ketulusan di baliknya. Untuk sesaat, Hana dan Fazwan menikmati kehangatan yang terpancar dari netra mereka.