Ayah, Benarkah Aku Anakmu?

Trinaya
Chapter #25

Bab 25 Menikmati Perjalanan

Hana memulai hidup baru sendiri, tanpa Fazwan karena ia harus kembali ke Indonesia menyelesaikan tugas kuliahnya. Rizwan pun tidak bisa menemani setiap waktu. Sebab, harus bekerja.

Teman-teman Fazwan sudah bekerja, hanya dirinya yang masih berkuliah. Sebab, Fazwan sempat berhenti karena ia mengalami kecelakaan dan trauma, sekitar empat tahun menjalani perawatan dan terapi baik fisik mau pun mental.

Oleh karena itulah, ia tertinggal dari teman-temannya. Padahal, Fazwan pemuda yang cerdas dan berprestasi. Namun, malang tak bisa di hindari, nasib berkata lain, ia harus menerima takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Ya, Fazwan mengalami kecelakaan tunggal tujuh tahun yang lalu. Ketika ia kuliah semester dua. Mobil yang ia kendarai mengalami blong dan menabrak pembatas jalan. Lalu, terbalik dan membuat pria itu terluka parah.

Fazwan harus menjalani beberapa operasi dan terapi. Trauma akibat kecelakaan, serta depresi karena kehilangan cinta pertamanya. Kekasih Fazwan dijodohkan dan dinikahkan ketika ia sedang sayang-sayangnya. Membuat Fazwan frustasi dan tidak fokus berkendara. Sehingga, kecelakaan pun terjadi.

Hampir empat tahun mendapatkan perawatan intensif hingga akhirnya ia bisa bangkit kembali dan melanjutkan kuliahnya. Pemuda itu selalu trauma jika ada yang mengalami kecelakaan, apalagi, orang itu sangat berarti dalam hidupnya.

Sempat putus asa dan menutup diri. Namun, ketika bertemu Hana, lelaki itu mulai menyukainya. Melihat sisi lain yang berbeda pada diri Hana. Itu mampu menerobos ke relung hati terdalamnya. Membuka gembok di sana dan bersemayam.

Hana adalah sosok yang telah mengobati luka hatinya secara tidak langsung. Meski, gadis itu tidak pernah mengetahui tentang masa lalu seorang Fazwan yang selalu terlihat baik-baik saja dan ceria. Namun, menyimpan luka dalam sama seperti dirinya.

Hana pun merasa, Fazwan adalah orang yang telah mampu mengobati sakit di hatinya. Sudah mendarah daging karena terlalu lama terpendam. Fazwan datang memberinya kedamaian serta kenyamanan. Kasih sayang tidak pernah ia dapatkan dari Ayah kandung yang seharusnya menjadi cinta pertama anak perempuannya.

Berharap mempunyai masa kecil yang bahagia bersama laki-laki yang ia sebut 'Ayah' Namun, ternyata itu hanya impian belaka. Siksaan, hinaan, bahkan caci-maki menjadi makanan Hana sehari-hari. Fakhri, tidak pernah melakukan perannya sebagai seorang Ayah. Menganggap Farhana adalah musuh terbesar, pembawa sial dalam hidupnya.

Farhana dan Fazwan sama-sama memiliki masa lalu yang pahit. Mencoba untuk bangkit dari keterpurukan yang mereka alami. Menata hidup menjadi lebih baik lagi.

***

Hana melangkahkan kaki menyusuri jalan. Menikmati udara pagi di Shibuya, kota indah yang menjadi jantung kota Tokyo. Menghafal setiap tempat. Bertemu banyak orang.

"Sumimasen, ji no eki wa doko desu ka?"¹ tanya Farhana ketika bertemu dengan salah seorang berkebangsaan Jepang di depan minimarket.

"Koko kara 20 metoru arukimasu. Sonogo, mini maketto to chisana roji ga aru node, chu ni hairimasu. Eki wa soko ni arimasu. Doro no hidarigawa, "² jelas orang itu sembari menunjuk ke arah seberang jalan.

Lihat selengkapnya