Empat tahun berlalu, Hana telah lulus kuliah dan kembali ke Indonesia. Kehidupannya sudah berubah, ia membeli sebuah apartemen dari hasil dirinya bekerja di Jepang. Kemudian, diterima bekerja di sebuah perusahaan besar di kota J.
Hana benar-benar sendiri semenjak kembali dari Jepang. Fazwan pun tidak ada kabar berita semenjak lulus kuliah dan mengajar di suatu daerah. Komunikasi mereka terputus begitu saja. Entah di mana kini lelaki itu berada.
Hana sudah berusaha menghubungi teman-teman Fazwan. Namun, mereka tidak ada yang mengetahui keberadaan pria itu. Meski ada rasa kecewa dan sakit hati karena Fazwan menghilang. Namun, Hana tidak boleh terpuruk dan harus melanjutkan hidup. Menatap masa depan dan meraih impiannya.
Hana memenuhi janjinya untuk menemui ibunya, ia pun gegas menuju tempat pemakaman umum melepas rindu kepada ibu dan kakaknya.
"Assalamualaikum, Ibu, Mas Farraz. Hana datang mengunjungi kalian. Apa kabar kalian?" ucap Hana sembari mengusap nisan Ibu dan kakaknya.
Kemudian, Hana duduk bersimpuh di pusara kedua orang yang sangat ia rindukan itu. Menyiram air mawar dan menabur bunga. Lalu, melafazkan ayat suci Al-Quran. Mendoakan Ibu dan kakaknya.
Usai berziarah, Hana berjalan perlahan keluar area pemakaman. Langkahnya terhenti karena berpapasan dengan seseorang.
"Felicia."
"Mba Hana."
Keduanya berucap dan saling beradu tatap serta terdiam. Seraya tak percaya dengan hal itu. Mereka sibuk dengan perasaan masing-masing.
"Mba Hana, ini benar kamu, Mba?" tanya Felic yang sudah tersadar dan menyentuh wajah Hana dengan bergetar.
"Iya, Felic, ini Mba Hana, kakakmu," ucap Hana sambil menyentuh tangan Felicia di wajahnya. Menatap lamat-lamat adik yang ia rindukan itu.
"Mba Hana."
Felicia langsung menjatuhkan tubuhnya ke Hana dan memeluknya erat. Felicia tak kuasa menahan tangis, rasanya seperti mimpi, tapi nyata. Mereka larut dalam pelukan untuk sesaat.
"Bagaimana kabar kamu?" tanya Hana ketika Felicia melepaskan pelukannya.
"Ba--baik, Mba. Mba Hana bagaimana kabarnya? Penampilan Mba Hana sangat berbeda. Terlihat lebih cantik dan dewasa. Selama ini, Mba Hana ke mana saja? Aku rindu dengan Mba Hana," ucap Felicia meluapkan perasaan yang timbul di dalam hati selama ini.
"Ceritanya panjang. Nanti Mba Hana ceritakan. Sekarang, kita makan siang dulu, ya. Pasti kamu lapar, bukan?" ajak Hana sembari menuntun adiknya. Felicia mengangguk.