Hana melangkahkan kaki dengan gamang dan ragu menuju lobi rumah sakit, ia ingin menjenguk ayahnya yang sedang dirawat. Meski Hana tidak yakin bisa bertemu dan berbicara dengan Fakhri. Namun, Hana juga tidak bisa berdiam diri melihat ayahnya sakit.
Memang, hubungan Hana dan Fakhri tidak baik. Bahkan, sikap pria tua itu sangat kejam sekali memperlakukan Hana. Sebagai manusia yang memiliki hati dan perasaan, tentu Hana harus mengesampingkan egonya. Seburuk apa pun sikap serta prilaku Fakhri tetaplah Ayah kandung Hana. Tanpanya, Hana tidak akan bisa tercipta di dunia ini, tentunya atas izin Allah.
Hana memberanikan diri untuk terus melangkahkan kakinya. Hana sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Gadis cantik itu menuju ruang rawat. Setibanya di tempat itu, Hana membuka pintu dengan bergetar dan pelan. Lalu, masuk perlahan.
"Mba Hana."
"Ha--Hana."
Felicia dan Fakhri berkata bersamaan. Mereka terkejut dengan kehadiran Hana yang tidak pernah diduga sebelumnya.
"Assalamualaikum, Felicia, Ayah," ucap Hana lembut.
"Waalaikumsalam," ucap Fakhri dan Felicia bersamaan.
"Mau apa kamu datang ke sini anak pembawa sial?" ucap Fadilah dan Frida yang tiba-tiba muncul dan langsung menarik sebelah tangan Hana.
"Lepasin tangan aku, Mba Dilah. Sakit,"ucap Hana berusaha melepaskan cekalan Fadilah.
"Mending Mba Hana pergi saja sana. Untuk apa tiba-tiba muncul dan menemui kami? Lagipula, tahu dari mana Ayah sakit?" usir Frida dengan ketus.
"Iya, lebih baik kamu pergi saja, Hana. Kami tidak butuh dirimu," lanjut Fadilah dengan kesal.
"Cukup, Mba Fadilah, Mba Frida! Jangan usir Mba Hana! Dia datang untuk menjenguk Ayah. Aku yang memintanya datang," jelas Felicia dengan nada kesal.
"Oh, jadi kamu yang beritahu, Hana, hah? Bagaimana bisa kamu memberitahunya? Apa kamu bertemu dengan Hana sebelumnya?" cecar Frida dengan curiga.
"Iya, aku memang bertemu dengan Mba Hana sebelumnya. Kala itu di makam ibu dan Mas Farraz. Mba Hana juga yang selama ini membantu biaya pengobatan Ayah dan perekonomian keluarga," jelas Felicia dengan wajah serius.