Ayah, Benarkah Aku Anakmu?

Trinaya
Chapter #35

Bab 35 Tersadar

Hari berganti, waktu pun berlalu. Satu hari sudah Hana tidak sadarkan diri, pasca pingsan kemarin. Fazwan menunggu dengan cemas di luar ruangan. Sejak semalam, Fazwan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Meski kedua matanya terpejam, tetapi tak Lena karena terus memikirkan kekasih hati yang belum juga siuman.

Rizki terus berusaha keras untuk bisa membuat Hana sadar. Merawat gadis itu sepenuh hati. Randi yang baru saja tiba sehabis mendapatkan tugas melakukan operasi ortopedi di rumah sakit lain. Sebab, kekurangan tenaga medis, khususnya untuk menangani pasien patah tulang.

"Kamu yang sabar, ya, Faz. Aku yakin Hana bisa lalui ini semua. Maafkan aku baru bisa menemuimu dan Hana sekarang. Aku baru pulang bertugas di rumah sakit daerah beberapa hari," jelas Randi sambil menepuk pelan pundak Fazwan dan duduk di sampingnya.

"Terima kasih, Ran. Aku tidak menyangka jika Hana sakit parah seperti ini. Dia tidak pernah mengeluh sakit sedikit pun. Aku tidak pernah tahu kalau Hana sakit," ucap Fazwan sambil tertunduk.

"Faz, kita tidak pernah tahu kapan tubuh kita sehat dan sakit. Begitu pun Hana. Ini bukan penyakit bawaan. Namun, karena kondisi fisik Hana yang sedang tidak vit, imunnya melemah. Bisa jadi karena kelelahan hingga tidak memperhatikan kesehatan tubuhnya. Pada akhirnya, tumbang karena tubuh tidak mampu lagi menahannya," jelas Randi kembali agar Fazwan tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Hana, kenapa kamu begitu keras kepala? Bekerja terlalu keras hingga tidak memperhatikan kesehatanmu, sampai kamu seperti ini," sedih Fazwan yang terus menunduk sambil meremas rambutnya sedikit kasar.

"Jangan salahkan dirimu. Kita doakan semoga Hana cepat siuman dan kembali pulih. Aku dan Rizki juga sedih dengan kondisi Hana seperti ini. Sekarang, Rizki sedang berjuang menyembuhkan Hana. Kita bantu doa, ya," saran Randi sambil mengusap-usap punggung Fazwan.

Fazwan terdiam. Pikirannya masih kalut. Tubuhnya ikut lemas karena tidak tega melihat kondisi Hana yang cukup memprihatinkan itu.

Rizki mengamati detak jantung dan pernapasan Hana. Mengatur infus agar menetes dengan baik. Memeriksa denyut nadi Hana. Wajahnya tampak tegang dan begitu serius. Sungguh, hati Rizki sangat tidak tega melihat Hana seperti itu.

Setengah jam pemeriksaan. Jari-jemari Hana mulai bergerak. Kedua matanya terbuka perlahan. Rizki mempertajam pengelihatannya. Memastikan jika Hana benar-benar telah sadarkan diri.

"Ka--Kak Rizki. A--aku di mana? Ke--kenapa aku ada di sini?" tanya Hana dengan pelan dan terbata, mengatur napasnya untuk bisa bernapas lebih baik lagi.

"Hana, syukurlah kamu sudah sadar. Kamu tidak sadarkan diri sejak kemarin. Aku melihat kamu keluar dari ruangan Dokter Xander. Lalu, aku langsung melakukan pemeriksaan terhadap dirimu," jelas Rizki sambil menatap ke arah Hana.

"Lalu, aku sakit apa, Kak?" tanya Hana penasaran.

Lihat selengkapnya